Jari-Jari Malam
karena gelisah lembut yang kau lengkungkan pada malam
hanya sebatas lipatan senja
yang belum selesai kau bagi
malam telah mengusapmu
basahan pipi lembut manis
yang bagi kita itu hanya piluan-piluan
malam yang berairmata
tak lagi kuulang menjadi kata
ia sudah kusimpan dalam diri
untuk sejarah waktu nanti
pelan-pelan aku tidurkan wajahmu
dari rengkuhan tangis malam,
tapi kau tak bisa mengulang lembutan malam
yang begitu berarti untuk kita
hingga secara tak sadar
kata-kata lahir begitu saja
di kertas putih dan basahan tangismu
pelan-pelan lagi kuulurkan dengan lembut
pada kening malam
yang sudah basah
mungkin karena hujan atau tangis tadi
karena kegersangan sejak lama ada
mengurai sejarah kata
yang lahir dari gelisah panjang
tiba-tiba pelanpelan itu tiada
hilang entah karena ada kata
yang lebih sempurna
untuk menjadi wakil
bahwa airmata perlu di urai
Jogja, 2008
Komentar