Garis-Garis Rahasia
terkadang malam hanya sebatas hiburan
yang lewat tanpa sadar
kulihati agar kehelaian tak terpisahkan menjadi hampa
kubaca di setiap garis-garis rahasia
lalu kuberdarah di tepi bayang-bayang
kumembunuh kata di langit
di tepi pendiamanmu
di dalam puisiku darah-darah mengalir
seperti engkau dia juga makan
dia juga bisa menangis
karena waktu, ya, karena waktu
kehadirannya tak lagi menjadi siwalan di jiwamu
dia hanya sabar saja melukai mayang
mencari sisi mana yang bisa keluar air mata
sesekali terluka sendiri
sesuka pangerat menepis tubuhmu
agar kelembutan jiwa terbuka pada ayahku
Jogjakarta, 2009
Komentar