Sepi Lapar Itu Nyeri

sepi lapar itu nyeri

pada senja berawan

jalan dari dasar keresahan

mencari kata baru

asap dan tiang-tiang gemetaran

sayang, ia bukan makanan

bukan memburu rahasia manusia palsu

di kakinya capek keringat

mentari pemberontak mengajak perang

seperti ada kesejukan di ruang badai

hantu pasir dan sumber angin, air mata

perawan-perawan berirama

laut menangis karena kita tak berenang

anak jatuh terbelah dua

berjalan tipis berkata

berbaring bersama anaknya

ketakutan, berlalu sebagai patahan sayap

anak itu lekat di kening perempuan

mengenang penguasa

inilah negeri pengecut

dari bulu tikus

matahari robek oleh kelaparan

wahai anakku,

persiapkan tempat tidurku,

dari jendela kulihat gemetaran

puisi menggelantung air mata

tenggorokanku ruang angin kematian

kupanggil kata puisi

kunikmati rasa yang berwarna masa

kuizinkan kau bermain dijiwaku

kuizinkan kau menangis bersamaku

untuk melangkahkan akar air pohon

sambil menunggu kamatian manusia palsu

Jogja, 2009

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Refleksi Kegelisahan di Bulan Kemerdekaan

Matinya Pertanian di Negara Petani

Celurit, Simbol Filsafat Madura