Ruas-Ruas Malam

begitu banyak waktu malam
merindu, melodis dan mendesau

aku teringat langit hujan
sekeras batu merah di dadamu
engkau meringankan laparmu

tengah malam engkau berjalan
ke tempat-tempat sampah mencari sisa makanan
aku lihat kau merasa enak dan damai dengan semua

sepertinya hanya aku dan jiwaku
yang bisa merasa dan melihat itu
entah mengapa
atau karena kata ini memiliki ruas
hanya pada waktu malam
atau malam lebih tepat untuk mencuri

aku juga yakin kalau ada orang
yang lebih maling dari sekedar maling, tapi
aku senang karena sudah berhasil
mengambil hak orang-orang
sementara aku dan kawan-kawan masih kelaparan

mengapa engkau tidak memanggil aku
kalau kau belum makan

aku akan tetap melawan semua
bersama sedesau angin malam
bersama silau lampu kereta
entah kapan tuhan memberhentikan ulah mereka

Jogja, 2009

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Refleksi Kegelisahan di Bulan Kemerdekaan

Matinya Pertanian di Negara Petani

Celurit, Simbol Filsafat Madura