Malam Berpayung

malam berpayung

hujan mengalir di garis sinar

melangkah melingkari bulan

basah kaki berpaling dari waktu

pejual jamu protes pada Tuhan

karena hujan tak berpayung seperti capung

bersih mungkin khayalan

berjualan adalah kenikmatan tuan

tapi, tidak bagi hamba

puisi ini perjuangan

melawan lapar haus, dan cercah

hujan masih belum dengar permohonan itu

terjerit airmata

yang menjadi mata air pertuangan jiwa

itulah perjalanan bahasa

yang membuat kapal-kapal berlayar dan bom berkeliaran

menyonsong kemenangan, padahal tidak!

itu dendam yang terbalas karena dulu kau sangat sakit perut kelaparan

Yogyakarta, 2009

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Refleksi Kegelisahan di Bulan Kemerdekaan

Matinya Pertanian di Negara Petani

Celurit, Simbol Filsafat Madura