Gejolak Kitab Vagina

aku tak menemukan apa yang harus kutulis malam ini

hanya ada satu kata dalam benakku

satu kata untuk negeri bangsat ini

negeri bayi

negeri mati

negeri tanpa makna

inilah negeriku yang aku cintai sampai sekarang

walau negeriku mati

perjuangan selalu ada, tapi

perjuangan perut yang teru-menerus sampai sekarang

islam berjuang untuk mengisi perut

tidak ada lagi cahaya islam yang bertebaran

di jiwa-jiwa rakyat kita

aku hanya bisa meratap

menunggu kapan kata

lahir untuk mengoyak hati bangsat

puisi tanpa kata terus berkeliaran

di atas kening kenikmatan

di atas kening kebokrokan

di kening hitam

yang menandakan dirinya hitam

entah kenapa kata ini

tega melahirkan bentuk hitam

aku tak mengerti apa maksud kata-kataku

dari kata berjihat

naik ke angkasa kebodohan kata

kebodohan me-rasa, maka lahirlah sakralitas semersta

yang mengilakan kata-kata resah di negeri kepahlawanan

kepahlawanan kosong

kepahlawanan kesiangan

kepahlawanan bobrok

kematian selalu ada

kebelumsiapan mengalir senja

ketidaksiapan sia-sia

padahal banyak cahaya menguras tenaga

untuk memperbaiki awan yang melekat, tapi

semuanya hanya sebatas kegilaan kata

yang belum sempat kau sapu

terlalu banyak negeriku kehilangan rasa

terlalu banyak negeriku kehilangan bahasa

terlalu banyak,banyak,banyak sekali yang kehilangan

aku harus datang?

Jogja, 2009

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Refleksi Kegelisahan di Bulan Kemerdekaan

Matinya Pertanian di Negara Petani

Celurit, Simbol Filsafat Madura