Angan-Angan Pribadi ke Depan Setelah Menyelesaikan Pendidikan

Angan-Angan Pribadi ke Depan Setelah Menyelesaikan Pendidikan

Setiap kita sebagai orang yang berpendidikan, tentunya memiliki angan-angan setelah menyelesaikan studinya. Angan-angan ingin menjadi guru, dosen, sastrawan, penyair, presiden, dan macam-macam. Tentunya angan-angan itu harus di bangun sejak dini, dimana kita mulai mengenyam pendidikan dasar.

Di sini pertanyaan kemudian muncul. Bagaimana membangun format pendidikan yang sesuai dengan apa yang menjadi angan-angan pribadi sejak awal. Mayoritas orang berpendidikan saat ini memang harus memiliki angan-angan yang jelas ke depan, sebab tanpa adanya angan-angan yang jelas untuk mencapai angan-angan tersebut, maka makna dan fungsi pendidikan yang kita pelajari sejak awal seakan hampa tanpa makna. Dan saya sebagai pribadi, dan mahasiswa sangat sejutu dengan adanya tema yang di usung oleh beasiswa Djarum ini, sebab dengan begitu kita akan tahu sejauh mana mahasiswa memiliki angan-angan yang jelas di masa depan.

Saya sebagai orang yang terdidik pastinya memiliki angan-angan, bagi saya angan-angan merupakan sebuah strategi untuk membangun dasar awal dalam proses belajar mengajar dan menjadi spirit belajar untuk mengejar idealitas apa yang menjadi angan-angan. Jadi tidak heran kalau setiap kita pasti memiliki angan-angan.

Dan pendidikan merupakan bentuk dari kebebasan kita dalam menghadapi pluralitas, baik agama, budaya, ekonomi dan kemanusiaan. Artinya pendidikan memberi proprsionalitas dalam menjustivikasi keberagaman manusia, khususnya ketika fenomena pendidikan dan kemanusiaan tidak lagi stabil. Jadi, berangkat dari sanalah angan-angan saya lahir.

Tentunya angan-angan tersebut tidaklah beroreintasi negatif, tapi mengarah pada bagaimana memberikan pemahaman dan kesadaran baru bagi kita akan arti pentingnya kebersamaan, solidaritas, dan persaudaraan antar umat manusia. Sebab dengan mengejar angan-angan dirinya sendiri, kita akan mempunya spirit yang mengebu-gebu dalam mengejar palajaran yang kita idealkan atau yang kita angan-angankan.

Belum lagi melihat realitas pendidikan kita saat ini yang tidak karuan. Setelah kita di derita dengan krisis berkepanjangan, krisis ekonomi, krisis moral, krisis BBM, krisis moneter, baru-baru ini terjadi krisis pendidikan dan kemorsialisasi pendidikan. Sudah saatnya kita memiliki angan-angan yang jelas dan tidak mudah goyah dengan badai peradaban serta peruabahn zaman, sebab angan-angan itu akan ikut dirinya sendiri. Artinya kalau kita memiliki angan-angan menjadi sastrawan misalnya, tapi keberadaan kita tidak mempelajari bagaimana caranya menjadi sastrawan, maka kita akan kandas di tengah jalan sesuatu angan-angan tersebut.

Di era seperti saat ini sangat sulit menemukan seseorang yang benar-benar memperjuangkan apa yang menjadi angan-angannya sendiri. Setelah kita baru bangun dati tidur panjangnya, untuk melihat perkembangan zaman. Apa yang di sebut modernisasi, globalisasi, dan sekularisasi dan lain sebagainya. Kita baru sadar bahwa dunia pendidikan kita harus ikut arus perkembangan zaman yang sedang melanda bangsa Indonesia.

Dengan demikian, angan-angan itu dalam satu sisi sangat sulit untuk diperjuangkan, di sisi yang lain sangat mudah bagi mereka yang memang sungguh-sungguh untuk memperjuangak angan-angan tersebut, yang jelas bangunan awal dari diri kita sendiri, bagaimana membangun dan menanamkan angan-angan itu dalam-dalam, tidak hanya kata-kata kosong, artinya sesuai dengan apa yang di angankan.

Yang jelas dalam angan-angan itu pastilah memiliki konsekuensinya tersendiri bagi diri kita, dan angan-angan sendiri akan pergi bila kita tidak benar-benar menjaganya, datang kalau kita benar-benar mengharap dan sanggup untuk memperjuangkan dalam berbagai tantangan, sebab tidak mungkin angan-angan itu tidak memiliki tangangan, seperti juga jalan ada tanjakan juga ada turunan. Begitulah perjalanan angan-angan sebenarnya. (Matroni el-Moezany)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Refleksi Kegelisahan di Bulan Kemerdekaan

Celurit, Simbol Filsafat Madura

Matinya Pertanian di Negara Petani