Tak Usai, Selesai

kita sudah selesai berkata hari ini
berkata untuk apa
berkata untuk siapa
sebab kita masih menyadap kemarau lembut di hati

seusai bahasa yang katanya agung
seperti air di atas batu kemarau
kulihat basah
kulihat terang
kulihat senja
kulihat malam
demikian aku melihatnya di malammalam

Sumenep, 2008
Bintang Pindah

bintang berkelindan
bersalipan jalan pindah di atas sana
mata pun bergelora memaknainya dengan sederhana
malam juga meronai ingatanku
bahwa di atas sana aku bersimpah rahasia

wajah-wajah sudah menatap rapih
persis seperti jajaran harihari

di bintang itu
aku menyelam
berenang pada air yang sulit untuk di sebut air
padahal aku sedang jalanjalan
menikmati sejarah dan inferno
sebagai buah dari kelindan kata

ah, bintang seketika berenang
memaklumi tikus-tikus berkeliaran
memakan baju-baju suci
di kursi yang basi
di atas kanvas risih

dan kau masih juga ragu
lalu, diam bernyanyi sendiri

Sumenep, 2008

Kata Ayah Padaku

kau sungguh sabar melukaiku pelanpelan
seperti kata yang sulit di tebak
daging dengan tulang
bersama tapi sendiri untuk merasa
karena aku juga demikian

lalu, kembali aku mendengar ulasan bunyi sunyi
yang tak terbahas seperti dua dari satu
bermakna alif, kata ayah padaku

Sumenep, 2008

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Refleksi Kegelisahan di Bulan Kemerdekaan

Matinya Pertanian di Negara Petani

Celurit, Simbol Filsafat Madura