Menjelang Pagi

sepertinya kutertidur di sore hari, tapi
bayang-bayang di atas gubahan semesta
masih tertata rapi

apakah karena aku belum makan
hingga jiwa ini terasa penuh resah
dan kata-kata tak terurai seperti biasanya
padahal sebentar lagi
pagi akan segara berangkat
menemui matahari

dalam keadaan bagaimana pun
aku tetap harus menghirup udara pagi
karena itu tidak bisa kulalui
dengan jalan apa-apa

meskipun dengan tangga
meskipun dengan jembatan emas, tapi
hanya jalan dan diam
aku bisa menemui segalanya
walau tuhan sekalipun

Yogyakarta, 2008

Seperti Biasa I

seperti biasa
matahari bersinar
orang-orang pada ke kantor
mahasiswa mulai berorasi perubahan, tapi

ada satu yang tak pernah berubah
“perubahan itu sendiri”
karena kita hanya bisa menyentuh kata
tidak sampai pada rasa
padahal itu lebih dekat kita

Yogyakarta, 2008

Seperti Biasa II

seperti biasa
aku tetap menulis puisi
para ahli melihat budaya
melihat ekonomi, tapi
aku tetap lapar

mengapa?

aku bertanya
sungguh bertanya, tapi
tak seorang di semesta ini menjawab
padahal semesta itu sangat pandai
dalam berkata
dalam berorasi

haruskah kubertanya
pada waktu yang tak berwaktu
pada kata yang tak berkata

demikian keadaan kita hari ini

Yogyakarta, 2008

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Refleksi Kegelisahan di Bulan Kemerdekaan

Matinya Pertanian di Negara Petani

Celurit, Simbol Filsafat Madura