Menanyakan Maksud Pemerintah

Oleh: Matroni el-Moezany*

Indonesia saat ini menjadi Negara menuju keberkembangan, entah keberkembangan ke arah yang lebih baik atau sebaliknya menuju ke arah ketidakjelasan oreinrasi. Sebab Indonesia masih dalam kemiskinan. Kemiskinan anggota DPR yang ngesek dengan sekretarisnya sendiri. Atau kemiskinan ketidakpedulian pemerintah terhadap rakyat. Seperti yang terjadi di Jakarta Selatan rumah-rumah mereka di gusur sementara pemerintah tidak menyediakan tempat bagi mereka. Belum lagi kenaikan gas elpiji, minyak tanah, dan BBM. Untuk minyak tanah tidak akan di subsidikan lagi, entah mengapa?
Berangkat dari inilah yang dimaksud saya untuk menanyakan kepada pemerintah sehingga barang-barang semua dinaikkan dan alasannya untuk meningkatkan perekomian ekonomi. Apakah perekonomean kita di samakan dengan Amerika?. Indonesia pasti tidak akan bisa. sebab Indonesia Negara yang kaya, tapi orang-orangnya bodoh-bodoh tidak bisa mengelola sendiri. Ini alasan yang tidak rasional, karena Indonesia belum siap untuk meningkatkan perekonomian pada jenjang yang lebih tinggi ini terlihat dari hasil pertanian saja hanya 47% sementara nilai ekpor mencapai 260% ini sungguh tidak rasional sekali. Apakah dalam hal ini saya yang bodoh atau pemerintah memang tidak peduli?
Belum lagi tidak usangnya tercapainya realisasi alokasi anggaran pendidikan 11,1% persen pada APBD, sebagaimana diamanatkan UUD 1945, sehingga biaya sekolah masih memberatkan murid atau keluarganya. Selain itu, semakin merumpunnya tenaga pendidik honorer masih belum dapat terpecahkan dengan baik.
Pemerintah memang sangat tidak peduli. Sebentar lagi bulan puasa, masyarakat semakin tertekan dan semakin tidak mampu untuk mencapai harga yang diberikan pemerintah kepada masyarakat. Masyarakat berebutan hanya untuk mendapatkan sembako gratis, rela antri selama berjam-jam, mereka tidak dipedulikan oleh pemerintah bagaimana dan harus diapakan, sehingga banyak artis angkat bicara dalam menangani hal tersebut.
Sekarang Indonesia sudah tidak becus mengurusi rakyatnya sendiri. Dari pendidikan, bahan pokok, BBM, elpiji semuanya harus naik karena pemerintah takut terhadap negara asing. Takut kalau dirinya di ancam. Pemerintah lebih kepada negara asing daripada rakyatnya sendiri, artinya pemerintah lebih memakmurkan bangsa orang lain daripada rakyatnya sendiri. Sungguh pemerintah sudah tidak cerdas lagi menelaah fenomena rakyat yang saat ini dalam keadaan menderita kekurangan.
Saya tidak yakin kalau pemerintah bisa dan mampu mengatasi kenaikan barang-barang. Sebab mereka sendiri tidak mampu mengatasi dirinya sendiri. Misalnya ingin korupsi ingin ngesek, dan DPR yang lain. Ini salah satu penyebabnya adalah lemahnya lembaga pendidikan dari riset tidak mampu melipatgandakan produk pertanian dalam hal kualitas-kuantitas dan tidak mampu bersaing dalam berklualitas. Karena kekayaan di laut, di hutan dan di perut bumi digadaikan lautan dan kita tidak mampu mengelalonya secara efesien.
Satu hal yang pasti, Indonesia membutuhkan pasangan kepala yang proporsional dalam memahami realitas secara benar permasalahan, kenaikan bahan pokok, kanaikan minyak tanah, kenaikan BBM, kenaikan gas elpiji dan kenaikan pendidikan dan kenaikan-kenaikan yang lain. Pemerintah harus tegas mengkordinasikan kebijakan dengan pemerintah Kabupaten atau kota sehingga anggaran dapat terealisasikan dengan baik. Tidak diambil oleh pemerintah yang tidak becus.
Sehingga tidak heran kalau ini berimbas pada kenaikan harga pangan dan minyak yang terjadi di Indonesia akan kehilangan pendapatan. Inilah yang menjadi tantangan besar bagi Indonesia. Saya kira tantangan ini lebih besar daripada krisis keuangan Amirika Serikat yang membuat gelombang pasar global. Ekonom Bank Dunia, Vikram Nehru, memperingatkan, tingginya harga komoditas tidak mungkin dikendalikan. Bagi pemerintah yang mengambil keputusan harus mengambil langkah yang tepat untuk meringankan beban masyarakat kita.
Saya rasa harga komoditas itu bukan masalah jangka pendek. Saya kira kita akan menghadapi kenaikan harga logam, selain pangan dan minyak. Sebab beras merupakan makanan pokok wilayah kita. Kenaikan harga pangan membuat naiknya inflasi, yang akan mengurangi pendapatan kaum miskin. Walau pun ada tindakan dari pemerintah, seperti kontrol harga, dapat menstabilkan suasana,, tetapi sifatnya hanya sementara dan dapat menjadi bumerang dalam jangka panjang.
Dengan melihat realitas tersebut kiranya perlu untuk penelitian dan bertanya apa maksud pemerintah menaikan barang-barang tersebut? Apakah kareana saya yang bodoh atau pemerintah sendiri yang tidak lagi peduli keadaan perekonomean rakyat yang mendapatannya tidak seberapa (tidak sama dengan DPR, dan anggota pemerintah yang mengambil hak rakyat) di sini yang perlu ditekankan untuk dapat memberikan sumbangan yang positif dalam rangka mengungkapkan latar belakang ekonomi, khususnya yang ada di Indonesia, sehingga bangsa dan pemerintah benar-benar memiliki arti bagi masyarakat luas.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Refleksi Kegelisahan di Bulan Kemerdekaan

Matinya Pertanian di Negara Petani

Tari India Yang Sarat Spiritualitas