Indonesia = Seni + Manja

Oleh: Matroni el-Moezany*

Setelah banyak saya baca dan melihat bahwa Indonesia merupakan bangsa yang sangat kaya, tapi masih banyak masyarakat yang kekurangan bahkan ada yang sampai saat ini ada dalam ketiadaan, artinya mereka saat ini kehidupannya masih pontang-panting dalam menghidupi dirinya dan keluarganya.
Indonesia adalah bangsa yang penuh dengan budaya, penuh dengan seni, tapi seni di Indonesia banyak yang masih manja, mengapa tidak? Penyanyi Band misalnya, mereka hanya berkutat pada ranah cinta saja, memang cinta itu tidak dipisahkan dari kehidupana, tapi kalau kita ingin bermain dengan cinta, setidaknya cinta di bungkus dengan baik, tidak hanya cinta-cintaan kayak penyanyi Indonesia.
Jadi tidak salah kalau banyak pemuda yang gemar pada artis Barat sekaligus penyanyi Barat apalagi flm Barat yang sangat penuh dengan sejarah dan spirit. Ini sudah terbukti sejah dulu. Bukan saja seni Barat yang anak Indonesia senangi, tapi dari segi pemikirannya pun juga banyak di tiru oleh orang Indonesia. Indonesia negara peniru. Tidak kreatif. Tidak profesional. Tidak spiritual.
Orang Indonesia lebih mengedepankan punya orang lain daripada punyaknya sendiri. Misalnya flm yang di syuting di luar negeri pasti di Indonesia menjadi best seller, Ayat-ayat Cinta, dan masih banyak lagi yang dalam tahap proses. Artinya setiap seni yang ada di Indonesia kalau itu di kemas dari negeri orang itu pasti laris dan baik. Katanya. Inilah realitas bangsa Indonesia saat ini.
Dalam hal ini Indonesia perlu memiliki sosok figur yang memperjuangkan nilai-nilai tradisi bangsa Indonesia (nilai tradisional) seperti Ghandi dan Dostoevsky bagaimana mereka itu berjuang untuk bangsanya sendiri. Dari seni, budaya, dan sastranya. Inilaha sosok figur yang diperlukan Indonesia saat ini. Orang yang pemberani dalam memperjuangkan dirinya sendiri daripada orang lain.
Kita lihat bagaimana Ghandi memperjuangkan bangsanya sendiri, walau pun orang disekitarnya banyak yang tidak suka, bahkan sampai dia diperjarah karena pemikirannya masih kotro’ tidak gaul tidak modern. Tapi kenyataannya sekarang malah dia menjadi orang yang berpengaruh di negerinya sendiri. Seperti juga Dostoevsky yang lebih memperjuangkan nilai tradisi bangsa sendiri. Karena bagi dia tradisi sendiri lebih berharga daripada menyontoh punyak orang lain. Indonesia contanhya yang menjadi plagiat, baik plagiat seni, pemikiran, budaya, dan ekonomi.
Yang katanya Indonesia bangsa yang kaya, tapi ekonominya masih nyontek milik orang lain, sungguh memalukan! Kita tersenyum gembira Indonesia merdeka. Merdeka apanya? Seninya, budayanya, ekonominya? Sangat tidak merdeka sekali. Karena Indonesia penghianat besar terhadap bangsanya, seni, budaya dan kekayaannya sendiri. Pengecut Indonesia. Indonesia pengecut kata Gus Dur. Memang benar sudah penakut, pengecut, tidak becus lagi. Lalu mau di bawah kemana Indonesia ini ke depan? Kalau dari seni anak mudanya sudah manja.
Realitas seni di Indonesia yang sampai ini masih mengisi permusikan adalah nyanyi manja, dari Adaband, ST12, dan Band-Band lain yang masih ada dalam proses memanjakan diri. Apalagi band lokal yang bermoto itu. Sudah manja tidak moto lagi. Sungguh membosankan musik Indonesia ke depan. Mereka (pemuda) ingin meniru Band Barat sepertinya, tapi mereka kekurangan informasi, sehingga walau pun dia berpakaian rapi, tapi kelihatannya masih membuka budaya milik orang lain.
Saya sebagai pribadi juga tidak mengerti apa maksud merek meniru orang Barat. Apakah itu karena mereka tidak memiliki prinsip yang kuat, atau mungkin mereka hanya meniru untuk di bilang gaul ukuran gaul bagi meraka adalah meniru. Ini sudah jelas sekali bahwa Indonesia adalah negara tukang tiru.
Akhirnya yang muncul kemudian adalah ”Seni Manja” yang kering dari kreativitas seni itu sendiri. Kita takut seni yang berasal dari cahaya menuju cahaya akan jatuh pada limbah yang tak bertuan. Seperti apa limbah yang tak bertuan, seperti anak-anak mudah sekarang. Gila. Akhirnya ”Seni Gila” lah yang lebih dominan di Indonesia. Dari segi pakaian, berjalan, berkata, itu semuanya gila. Tapi yang jelas kalau gila itu baik mungkin bisa dijadikan bahan pertimbangan dalam persenian Indonesia ke depan. Dan paling akhir adalah Indonesia = Seni + Manja dari segala tindakannya dari perpolitikan, kebudayaan, perekonomian, dan peranan penting dalam catatan sejarah.



*Budayawan, Penyair. Tinggal di Yogyakarta

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Refleksi Kegelisahan di Bulan Kemerdekaan

Matinya Pertanian di Negara Petani

Pentingnya Etika Memilih Guru dalam Keilmuan