Malam Yang Tersobek
Sajak-sajak: Matroni el-Moezany*
Malam Yang Tersobek
malam yang kuharap datang
menjadi puisiku
mengisi kanvas putih
dan tersobek seperti bintang
yang tertebar
begitulah gambaran malam
yang kian jauh dari batangnya
melukis sendiri dalam jiwa
menangis sendiri
hingga luka tak terlihat
di ruang mata yang melihat
Banjar Barat, 04 Juni 2008
Buah Angan
kubuka jendela
terlihat waktu mutlak berteriak
memanggil semerbak ramai
di depan puisi bisu
ada yang kusut masai
ada yang kelaparan
menjerit membaca kata
hingga terbaca seperti rasa
Banjar Barat, 2008
Keringat Jiwa
kita harus berkeringat jiwa
untuk menanam pohon keabadian
di atas sawah yang kita beli dengan nyawa
dan segala waktumu
maka, kuselami tanah bilik jiwamu
dan kudekap kau
seperti mereguk deru makna di dadamu
matamu terlihat kelu
dari sorot layar
lalu kita pun bertemu
dan meledak
seperti matahari yang rapuh dari timur
dalam jiwamu kubuang darah yang menyala
yang berwakktuwaktu kutahan
berpijar dari bilikmu yang tajam
maka terwaktulah
keringat jiwa yang kita saring
agar terus terdengar gempita
yang terbungkus dalam sunyi
Rumah Tanya, 2008
Sesobek Puisi Untuk Ibu
kujamah ibu dikejauhan jiwa
berpuisi di madura
menyerbu putus asa di sawah
kuingat di hari kemarin
pentas tani
yang berjudul tembakau gila
yang naskahnya tak terlihat
dan jiwa kita telanjang
pentas itu berlangsung
tanpa panggung
melainkan berlansung di atas puisiku
keringat berkeringat
pentas yang bermain nyawa
bercumbu dengan mereka
bersedih pada tuhan
kita yang amat lugu dan tiada tahu
pikiran terjatuh
tanpa ada makna
kita yang polos, pemaaf
kini surat keputusan berkeliaran
menjamuh dalam sumbang bisu
yang tidak ditentukan oleh kata
melainkan dengan do’a
lalu ibu tergabung dalam ruang sepi
menunggu janji
Madura, 2008
Meripat
kebisuan panjang
mengingatkan pada senyum rahasia
kukatakan lewat kesunyian
dengan isyarat dan tanda tanya
yang menyelesaikan malam dan siang
ini bukan pakaian pesta
yang terjamah
oleh puisi
Sumenep, 2008
Malam Yang Tersobek
malam yang kuharap datang
menjadi puisiku
mengisi kanvas putih
dan tersobek seperti bintang
yang tertebar
begitulah gambaran malam
yang kian jauh dari batangnya
melukis sendiri dalam jiwa
menangis sendiri
hingga luka tak terlihat
di ruang mata yang melihat
Banjar Barat, 04 Juni 2008
Buah Angan
kubuka jendela
terlihat waktu mutlak berteriak
memanggil semerbak ramai
di depan puisi bisu
ada yang kusut masai
ada yang kelaparan
menjerit membaca kata
hingga terbaca seperti rasa
Banjar Barat, 2008
Keringat Jiwa
kita harus berkeringat jiwa
untuk menanam pohon keabadian
di atas sawah yang kita beli dengan nyawa
dan segala waktumu
maka, kuselami tanah bilik jiwamu
dan kudekap kau
seperti mereguk deru makna di dadamu
matamu terlihat kelu
dari sorot layar
lalu kita pun bertemu
dan meledak
seperti matahari yang rapuh dari timur
dalam jiwamu kubuang darah yang menyala
yang berwakktuwaktu kutahan
berpijar dari bilikmu yang tajam
maka terwaktulah
keringat jiwa yang kita saring
agar terus terdengar gempita
yang terbungkus dalam sunyi
Rumah Tanya, 2008
Sesobek Puisi Untuk Ibu
kujamah ibu dikejauhan jiwa
berpuisi di madura
menyerbu putus asa di sawah
kuingat di hari kemarin
pentas tani
yang berjudul tembakau gila
yang naskahnya tak terlihat
dan jiwa kita telanjang
pentas itu berlangsung
tanpa panggung
melainkan berlansung di atas puisiku
keringat berkeringat
pentas yang bermain nyawa
bercumbu dengan mereka
bersedih pada tuhan
kita yang amat lugu dan tiada tahu
pikiran terjatuh
tanpa ada makna
kita yang polos, pemaaf
kini surat keputusan berkeliaran
menjamuh dalam sumbang bisu
yang tidak ditentukan oleh kata
melainkan dengan do’a
lalu ibu tergabung dalam ruang sepi
menunggu janji
Madura, 2008
Meripat
kebisuan panjang
mengingatkan pada senyum rahasia
kukatakan lewat kesunyian
dengan isyarat dan tanda tanya
yang menyelesaikan malam dan siang
ini bukan pakaian pesta
yang terjamah
oleh puisi
Sumenep, 2008
Komentar