PERJALANAN SENJA

Sajak-sajak: Matroni el-Moezany*

Perjalanan Senja

adik mau kemana?
main-main;
jangan, di sana banyak orang kelaparan
lalu?
jualan nasi
ambil uang di saku
di saku siapa?
kakak tak punya uang
di saku hewan berakal itu
dimana?
di senyum gelap siang hari, tapi
mereka tak menyaut
saat aku sapa
dengan arimata dan kelaparan
terus!!!
adik diam saja
ya!!!
lalu,
bagaimana agar mereka dengar
dan tahu kalau kita lapar
atau kekurangan

aku tidak tahu kak;
kakak juga tidak tahu dik;

tapi mengapa
adik senyum saat lapar?
daripada aku mengeluarkan airmata
yang tak bermakna bagi mereka!

aku senyum
karena masih hidup
dan kenyang hanya dengan air mentah

sungguh tak asli negeri kita ya, kak?
ya, memang tak ada yang asli
semuanya hanya niru, niru dan niru

Yogyakarta, 05-06-07-08

Panyair Pertama di Ladang Kata-Kata

baru kuteteskan dari puisimu
daripada berjuta kata yang hampa
yang membuat aku lupa dari bumi
semesta ini tak berkata
semesta ini luka
semesta ini aku
tapi telah dulu terluka
sementara aku
tak mungkin kembali lagi
padaku

Yogyakarta, 2008

Kutumbuh Dari Puisimu

kutumbuh dari puisimu
kataku merumpun
menjalar seperti jembatan
menjulang memanjang di depanmu

Yogyakarta, 2008

Semesta Rahasia

kau menangkap waktuku
di sisa embun dari bingkai rahasia
kusulam di derai semesta batu
yang terjerat duri rokem
di simpang detak rasa

ciuman yang tersisa padaku
terbuai dalam waktuwaktu
bernyanyi seperti kupu-kupu

sebenarnya kuingin lari dari semesta ini
tapi kutak berdaya keluar dari ruangmu
yang terisi kata, rahasia, dan katakata
tapi kehidupanku terpanggang oleh darah
jiwa hangus, semesta suram dan segala

dapipada tiada rasa
yang mengenang dalamdalam
lebih baik kusulam semua semesta rahasia ini
menjadi lebih rahasia lagi
dari rahasia-rahasia yang lain

Yogyakarta, 2008

Yang Lebih Dari KataKataku

adalah huruf

satu kata yang menjadi puisi
adalah sejuta bahasa telah terlewati
dan seratus nyawa telah mengitarinya

Yogyakarta, 2008

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Refleksi Kegelisahan di Bulan Kemerdekaan

Celurit, Simbol Filsafat Madura

Matinya Pertanian di Negara Petani