Bunga Sunyi

Sajak-sajak: Matroni A el-Moezany*



Lihatlah
burung hinggap
di ujung langit
di hidung-hidung berasap
dan mulut menganga
bersandal kata-kata
bermata kotakota

Rasakan
bungabunga sunyi
di kursi bergoyang
terbang
tv, felm bergincu
di butirbutir keringat
yang tak tersapu

Kejarlah
kucingkucing hitam di depanmu
matanya tajam
ditikam tak mati
burung tak jadi pergi
langitku tidur bumiku menana
bunga hanya kau tinggal
pada sekampung kematian
menyisakan asap tanpa api

Yogyakarta, 2008

Ladang Sebuah Kata

Katakata bukit mengkerikil
gunung mengigil
jari kaki menari
jiwajiwa mencari
batubatu memisau
tenggelam dalam rumah
kau berkata dia berpuisi di balik suara
katakata yang tiada dan sirna
lupa
Yogyakarta, 2008

Catatan Perjalanan Dari Tepi Mimpi

Belum lagi angin datang
membuang lapar
seisi semesta layu
cakrawala menjadi jurang
impian hanya puncak dari segala gunung
perahu sembunyi di balik bunyi
yang tertinggal gaung melengkung
berdesah menjadi rintih
pada burung yang menghapus udara
sayapnya tak bersejarah
sepenggal mimpi tinggal sendiri
burungburung pergi
meninggalkan mimpi
melenyap mimpi
di tepi sana

Yogyakarta, 2008

Tiada

tiada yang kau haruskan
karena tiada sang penilai untuk-ku

Yogyakarta, 2008

Zaman

zaman apakah ini ibu?
banyak orang kelaparan
ada anak kecil meminta
ada orang menangis
apa mereka itu tidak bisa berpuisi
bisa, jawab ibu,
aku terharu
aku ingin menangis, ibu
kalau seperti ini
mau diapakan
jiwa dan rasa ini, ibu?
simpan dan lihatlah
karena kau tidak bisa
berbuat apa-apa
lalu siapa
presiden?
pemerintah?
ilmuwan?
sastrawan? Bukan, siapa?
Kita?
kita juga kita
tidak kita yang seutuhnya dalam jiwa

Yogyakarta, 2008

Gejolak Jiwa yang Rapuh

Malam yang aku harap
mati dalam jurang matamu
dan hilang dalam kelopak waktu

Adakah zaman dan kita
yang bisa mengobah sesuatu?
kita hanya bisa bertanya

Karena belum bisa
melayani itu semua
Yogyakarta, 2008


*Penyair Kelahiran Sumenep 03 Maret 1985, aktif kajian sastra dan budaya kutub Yogyakarta, aktif di Forum Sastra Pesantren Indonesia (FSPI), Tulisannya di publikasikan di media lokal maupun nasional. Tinggal di Yogyakarta

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Refleksi Kegelisahan di Bulan Kemerdekaan

Celurit, Simbol Filsafat Madura

Matinya Pertanian di Negara Petani