Sebuah Tanya di Ladang Sunyi

Sajak-sajak Matroni el-Moezany*

Sebuah Tanya di Ladang Sunyi
Saat sunyi menghias malam
jiwa tertatih menuju jalan
gundah rasa tenang tiada
kurasa ia hanya mawar
yang tak punyak madu
untuk dibuang kesurga
dia hanya sunyi
yang bermaian di ladang tanya
Mengapa tanyamu menyiksa sunyi?
saat malam angin mengodamu
kisahkanlah padaku ya sunyi
Engkau kuhias
dengan desis musim hujan
saat membasahi bintik-bintik
daun yang membiru
Kutulis hasrat dilautan
untuk memaknai seutas tanya
yang terucap sunyi
seakan-akan akulah kini
yang tegak berdiri ditepi sana
2004
Rindu Mencuci Malam di Kesunyian
Kala daun menangis
minta air hujan turun
untuk menjemput risaunya
Di kesunyian malam
yang tak kutemukan
selalu menjadi makna
yang tak terurai
Mungkin hanya sebatangkara
yang mengembara
saat malam masih sunyi
Antara malam dan rindu
selalu menemaniku
saat ayat Tuhan tak lagi terucap
diatas lembaran-lembaran kicau kunang
2005
Menaksir Angin Malam
Malam itu
lembaran demi lembaran telah terurai
oleh tangisan makna
diharibaan bunga-bunga tersenyum
Kala itu hati tersenyum
karena melihat angin
berkerudung mengaji
di depan kubur ibundanya
Tangismu terasa sejuk
saat ceceran air mengalir
di pipinya
dapat memetik dosa
yang dipikulnya
Itulah kiranya
yang menbuat aku tak kuasa
melupakan wajah elokmu
wahai angin malam
2005
Terbang diatas Ladang Madura
Aku adalah anakmu
yang selalu mengepakkan sayap
bila mentari menuruni pagi
untuk menggali mutiara
yang terdiam diladang
sungguh engkau sempurna
dari segala yang sempurna
Kulihat orang-orang
membawa cangkul dan bajak
untuk memetik bunga
yang telah lama engkau simpan
Dia tak mengenal
apa itu matahari?
dia tak mengenal
apa itu bulan?
dia selalu menikmati
pahit keringat yang berceceran
membasahi seluruh ladang
2005
Dibawah Kobaran Dosa
Di bawah kobaran dosa
aku merunduk
serupa padi yang sedang tua
kudiam dalam gemuruh
Siapa yang menyangka
kobaran dosa yang sederhana
tiba-tiba membanjiri diri
Jangan lupa
kau sirami istigfar
dan kesejukan salawat
agar sayup serintis doa
nyaris mengusap
tapi aku yakin itu sebait ayat
yang menyarankan kami
untuk berfikir
2005
*Matroni el- Moezany kelahiaran Sumenep, Madura, 03 Maret 1984. Alumnus Pondok Pesantren Al-in’am, Sumenep Madura. Sekarang melanjutkan studi di pesantren budaya Hasyim Asy’arie (asuhan Zainal Arifin Thoha budayawan). Aktif di lesehan sastra budaya lembaga kutub Yogyakarta juga di jamaah seni kutub Yogyakarta., sekarang aktif di forum Sastra Pesantren Indonesia (FSPI). Tinggal di Minggiran MJ II/1482-B Yogyakarta 55141 Telp : (0274) 379406
no,rek, 0112529222, BNI, cab UGM Yogya, a/n Matroni

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Refleksi Kegelisahan di Bulan Kemerdekaan

Matinya Pertanian di Negara Petani

Celurit, Simbol Filsafat Madura