Kulukis Udara Menari

Puisi-puisi:
Matroni El-Moezany

Kulukis Udara Menari

Kita hadir di semesta ini
Bagai,
air duwet
Menusuk dalam luka
-Kesakitan
keluar air mata luka
Menetes
melukis udara menari
Mencium sepoi angin
di matahari
Setinggi awan
-Sepoi bayu melahirkan sunyi
Mendegur rembulan
Hingga tunang ajalmu dengan ajalku
Jogjakarta, 2006
Pesta di Kesunyian
Tiada kata terucap lidah
Saat pesta bermula diruang hampa
Dimana kata bersimpuh tak berdaya
-Kata dapat mencipta sabda
sunyi dan ramai
Sabda tentang bahasa
membaca
Kita berlutut melantun kalimat panjang
Serupa darah mengalir di rembulan
Ia bagai peluruh dan bagai sayapsayap patah
-Ia mencipta namanama baru
Pada gelas dan piring
Pada kata jiwa yang rawan
Jogjakarta, 2005
Anak Pemintaminta
Kulihat malam berisi irama
irama penuh luka
Luka di lempar anak pemintaminta
Hidup dibawah asap tanah
Kau dedahkan sehimpun kesedihan
Yang bisa meluluhkan hati
Sebuah hunjam menelusup
Kewilayah terdalam tubuhku
-Itu malam kau berlincah
Di cermin pilu tapi
kau tak merasa
Kau dapat memberi galau di sana
meraung
Dalam pandangan mata
Sedang huruf namamu begitu mungil
Dalam puisi pilu
Jogjakarta, 2006
Permintaan
Buat adikku di Bantul
Ia menerjang dengan
baju bintang kegemintang
Tewas oleh kematian
Takut bila mengucapkan
yang tak ada
Kau bersimpuh di pandanganku
-Kau membangun rumahmu
Dengan tulangmu sendiri
Apa yang tak seorangpun mulai
Diseberang tepi segala daerah terlarang
Terhampar di kebenigan dukamu
-Terimalah wajah ini yang sungguh milikMu
Terimalah cinta ini yang kupinta dariMu
Terimalah segala yang engkau dari engkau
Jogjakarta, 2006
Jubelan Makna
Antara jubelan kau aku
Menjadi sesuatu yang bermakna
Bersemayam di keluasan semesta
-Lewat puisi ini
kuketuk hati
Dengan serpihan spiritual
Dan hampir akan datang
Sebuah kehadiran dari gersangku
Mungkin saja
Ia akan menelusup
Nilainilai tanpa makna
Jogjakarta, 2005
Masihkah Kita
Masihkah kita lemparkan katakata
Lemparkan senyuman kecil
Di atas darahdarah biru yang memirah?
-Masihkah kita seketika
dan sekejab mata
melihat mereka
Di saat segala ada menikam dada
Dan kematian suara tiada cahaya
Jogjakarta, 2006
*penyair kelahiran Sumenep, Madura, Sekarang melanjutkan studi di fakultas ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, menjadi Staf Devisi Sastra dan Budaya Lembaga Kajian Kutub Yogyakarta. Puisipuisinya telah di publlikasikan dibeberapa media di antaranya: Suara Pembaruan, Surya, Lampung Pos, majalah Muslimah, majalah Bakti, radar Madura dll. Aktif di lesehan sastra budaya kutub Yogyakarta juga di jamaah seni kutub Yogyakarta. sekaligus aktif di forum Sastra Pesantren Indonesia (FSPI).Tinggal di Minggiran MJ II/1482-B Yogyakarta 55141

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Refleksi Kegelisahan di Bulan Kemerdekaan

Matinya Pertanian di Negara Petani

Tari India Yang Sarat Spiritualitas