Bulan Penuh Cahaya

Sajak-sajak "Ramadhan":
Matroni El-Moezany*

Bulan Penuh Cahaya

Bila senja di lukai manusia
Dengan datangnya bulan penuh cahaya
Kuisi dengan
Apem* siap untuk menemani terik matahari
pada bulan ini

-Semua telah makan
dahaga tak lagi ada kemudian hari
Akupun ikut dalam khotbah mereka
Tenggelam dalam rasa dan cinta

-Aku datang bersama lapar
Bersama bahagia karena adikadikku
Juga lapar dengan matahari yang tenggelam
di senja hari

-Aku, ibu, dan ayah
Selalu melihat waktu untuk
memikat dentuman ayatayatNya
yang terbentang di cakrawala
lewat desis angin sore
yang dilewati oleh nafas kerinduan akan cinta

-Kita pasti melihat rembulan malam hari nanti, katanya
bulan terus berjalan bersama waktu
dan aku menjalani bulan itu
dengan dahaga cinta dan perintah

-Malam penuh lantunan keagungan
mengisi sunyi
di tengah lelapnya mata
mengupas segala ngantuk
yang mendekap tubuhku

-Kadang hari penuh cobaan
Haus dan lapar sungguh mencekam
Di tengah terik matahari siang
Apa yang aku harus aku lakukan?

Jogjakarta, September 2006

*bkue yang di buat dari tepung rasanya manis

Musim "Apem"
Aku terbiasa dengan apem*
waktu puasa akan hadir
bersama waktu
bersama air dingin
bersama buah Tuhan
yang menyejukkan

-Walau aku orang terbiasa tapi
Tetap kulintasi galau
Dalam harihari cinta
dan senja yang kian jauh
kulangkahkan dengan keringat yang menyalanyala
bila malam kuisi ayat keangungan semesta

-Betapa orangorang riang gembira
selalu diisi senyuman kecil
saat senja kecil meraba tubuh gersang
di lautan tenggorokan

-Laksana malam penuh dentuman semesta
Laksana siang penuh keringat harum
Lantaran do’a pasti akan diterimah
pada bulan ini.

*kue yang di buat dari tepung rasanya manis

Jogjakarta, 06

Semalam Bersama Ayat Tuhan
Semalam bersama ayat Tuhan adalah sebuah cinta
Malam kau datang bertudung putih
Dengan lantun sendu dan dada di tembus peluruh qur’an
Siapa yang tak kau kena dengar suara sendu
Mengucurlah darah malam dan selubung
Lampu tibatiba binar pada jiwa

-Ku ayun sabdaMu
di cakrawala malam
Dengan penuh do’a dan api sejuk
Membuat kesan dari kasaukasau
sunyi kamar

-Mulanya kuharap malam
terbakar ayatayatMu tapi
kau hadirkan bulan ini
lebih dari sekali
dari hidupku
Alhamdulillah.

Jogjakarta,06

Suatu Malam Ketika Aku
MemanggilMu

Terang terpaut di malam ini
Menjelma lagulagu kematian
Meratapi nyanyi sepi pohon mangga
yang menerpa hati
sungguh diam

-Ada rasa
Hidup di ladang jiwaku
Saat malam aku memanggilMu
dengan ayatayat semesta
aku berjalan tanpa meniti
burungburung bertangisan
kembali sebelum langit kelam
kembali sebelum terbenam
buat malam yang sunyi
akan nama dan ayatayatMu

Jogjakarta, 06

Pada Bulan Puasa
Aku Bicara

Bulan berlalu
Tahukah wahai bulan betapa sungguh rinduku
Telah kukenyam waktu dan empedu
Dulu bulan senja dan seruling
Menusuk kerinduan hati yang luka
Sekarang tumbuh lagi dalam bulanMu ini

-O bulan cintaku meratap pergi
berilah aku aroma tubuhmu
tentang puasapuasa dan desadesa
tentang pematang ladangladang
sempit bulan bergaun rindu dan tangisan
sementara air hujan yang hijau cerah

-wahai bulan, kini aku tak ucap lagi padamu
aku tidak tahu apakah berpuasa hanya untukmu
duka tiap kali bertemu selalu menagi
aku tak melihat kemana kau lari

Jogjakarta, 06

*Matroni El-Moezany lahir di Sumenep, Madura, saat ini menempuh studi di Fakultas Ushuluddin Jurusan Aqidah dan Filsafat UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Sekarang menjadi staf devisi sastra dan budaya kutub Yogyakarta. Aktif di forum Sastra Pesantren Indonesia (FSPI).puisi-puisinya di muat di beberapa harian ibu kota dan daerah. Tinggal di Minggiran MJ II/1482-B Yogyakarta 55141

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Refleksi Kegelisahan di Bulan Kemerdekaan

Tari India Yang Sarat Spiritualitas

Matinya Pertanian di Negara Petani