Bahasa Peristiwa Sebagai Sastra Perlawanan
Oleh: Matroni Musèrang* Sastra melawan pernah digayang Wiji Tukul dengan hanya ada satu kata Lawan! Chairil Anwar, Rendra dengan puisi Famlet dalam puisi. Putu Wijaya dengan Novel dan dramanya, dan sekarang dimotori oleh Soseawan Leak dengan Sastra Menolak Korupsi. Namun ada waktu senggang yang menjadikan sastra mengalami kelesuan, salah satu alasan mengapa kelesuan itu terjadi yaitu karena tidak ada gerakan progresivitas, salah satu lainnya adalah tidak adanya keinginan untuk mencoba mencari ide-ide segar, ide-ide baru untuk dituliskan, sehingga yang terjadi “daur ulang” dari puisi-puisi yang terbit di koran dan buku. Sastra melawan merupakan metode untuk digunakan sebagai bentuk perlawanan sastrawan “Sumenep” terhadap kapital, hal-hal yang mangancam, dan merugikan masyarakat yang kini menjangkiti masyarakat Sumenep, seperti maraknya penjualan tanah mulai dari pesisir desa Andulang, Lapa, Lombang, Badur, bahkan Toang yang baru-baru ini menggelar rokad desa dan istigasah dala...