Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2012

Puasa

Kau hampir datang kepadaku Untuk menjaga segala pintu ditubuhku //puasa Kau dekap aku Kau setubuhi aku Kau pelihara aku //puasa Pintu mataku Pintu hidungku Pintu bibirku Pintu pikirku Pintu jiwaku Pintu hatiku Kau jaga dengan setia //puasa Kau jaga sikapku Kau jaga isi perutku Kau jaga kata-kataku Kau jaga lirik mata nakalku //puasa Kau tabur berkah semerbak bunga sorga Di ladang ketakberdayaanku Hingga matahari dan purnama Menyatu dalam tubuhku Membuka pintu-pintu kecil Yang selama ini gelap oleh keseharian waktu //puasa Mataku kau jaga dari sekat pilu kabut-kabut Dari tumpukan serakah dosa Yang dibiarkan berserakan oleh massa //puasa Hidungku kau jaga dari menghirup asap tebal //puasa Bibirku kau jaga dari kata-kata kotor Dari sumpah serapah dan janji-janji kosong //puasa Jiwaku kau peluk erat, Menzikirkan kerinduan Melafalkan nama Tuhan //puasa Hatiku kau isi kerinduan Kau beri sejuk cinta dari s

baca Puisi di Kafe Nagata Yogyakarta

Gambar

Ketegangan Pemikiran dan Spiritualitas

Oleh: Matroni el-Moezany* Ketegangan pemikiran dan jiwa menjadi momok yang mengenaskan dalam masyarakat kita. Masyarakat kita masih memperaktekkan pemikiran modern, sementara pemikiran modern sudah lama di tinggalkan. Para astronom dan fisikawan sudah meninggalkan pemikiran para nenek moyangnya, Newton, Repleace dan yang seangkatan dengan mereka yang dulu menjadi nabi dalam perkembangan sain modern kini beralih pada sesuatu yang gaib (metafisika). Ini sungguh mengenaskan, dalam kehidupan kita sehari-hari masih mengomsumsi produk modernitas yang sebenarnya sudah jadul. Hal ini pernah di tulis oleh Mulyadi Kartanegara dalam bukunya “Mengislamkan Nalar”. Sangat lucu kemudian ketika saya melihat anak-anak dan mahasiswa yang masih mempraktekkan modernitas. Padahal sekarang sudah komtemporer yang semuanya serba komparasi. Ketegangan ini muncul sejak pertama kali ada bapak modern (Descartes) beberapa ribu tahun yang lalu. Para saintis abad 20 kini terutama ketika munculnya teori r