Sebuah Perjumpaan dengan Lumbung Perjumpaan
Oleh: Matroni Muserang* Sebuah kata membengkak dan bernanah di mulut politisi, Terengah mencari cara mengungsi dari aneksasi, Mencari udara pagi dan matahari, biar mekar seperti puisi. Tapi siapakah teroris? Penggalan puisi di atas saya ambil dari antologi puisi “Lumbung Perjumpaan” Februari 2011 karya Agus R Sarjono yang berjudul “Camus”. Saya mengambil penggalan puisi ini untuk memancing saya sebagai penikmat puisi agar terhentak dan menyelami antologi puisi ini. Karena ada sesuatu yang menggelitik dalam antologi ini. Pertama mengapa Agus memilih tema-tema tokoh. Kedua Agus mampu menggambarkan sosok sastrawan sekaligus filsuf dalam puisi ini. Inilah yang membuat saya harus terus menyelam mencari fondasi pemikiran yang hendak di bangun oleh Agus R Sarjono. Dalam hal ini saya tidak hendak mengulas satu-persatu pemikiran yang ditawarkan para sastrawan dan filsuf, akan tetapi saya akan fokus pada buku antologi puisi ini, karena setelah saya membaca semua antologi ini ad...