Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2014

Ke Arah Sastra yang Ber-adab. di republika

Oleh: Matroni Musérang* Kalau Pramoedya Ananto Toer mendeklarasikan ke arah sastra revolusioner, wajar karena konteksnya waktu itu penjajahan fisik dan untuk mengimbangi dunia politik. Seperti yang digembor-gemborkan Soekarno “revolusi belum selesai” yang akhirnya kata-kata itu hanya menjadi frase atau pepatah yang menyenangkan hati belaka dan tujuannya adalah menciptakan keadaan sesuatu dengan nilai yang lebih baik lebih berguna. Oleh sebab itu, saatnya kita mengambil nilai universal dari sastra revolusioner itu, yaitu pengetahuan sebagai dasar epistemologi revolusioner, bukan kemudian sastra revolusioner tidak penting. Penting tapi sifatnya lebih pada substansial daripada material. Hari ini yang dibutuhkan bukanlah revolusioner yang reaksioner, akan tetapi lebih pada mental paradigmatik yang harus dirubah, direkontruksi. Hal ini untuk mengimbangi politik yang saat ini sangat santun dan dinamis, namun dibalik kesantunan itu kita harus lebih kritis dan waspada membaca dan me