Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2016

Menguak Refleksivitas Pendidikan di Indonesia

Gambar
Judul Buku : Calak Edu 1, Esai-Esai Pendidikan 2008-2012 Penulis       : Ahmad Baedowi Penerbit     : Pustaka Alvabet Cetakan     : Pertama, Mei, 2012 Tebal          : 260 Halaman Peresensi    : Matroni Muserang Tidak asing lagi bagi kita, ketika membaca pendidikan di Indonesia, akan selalu bermasalah dan penuh persoalan yang tidak menemukan ujungnya. Persoalan-persoalan ini sudah saatnya untuk menemukan penyelesaian secara mendasar, dan perenungan panjang, agar persoalan-persoalan ini tidak larut dalam kelenaan dan tidur panjang yang berlebihan. Maka dalam buku ini Ahmad Baedowi memulai tulisan ini dengan sebauh pertanyaan mendasar yang sangat filosofis saya kira yaitu seberapa besar paran dan pengaruh sekolah dalam menumbuhkan mentalitas “jiwa besar” pada anak-anak? Proses pembelajaran apa yang dapat dijadikan acuan untuk merangsang siswa agar memiliki sikap hormat dan jiwa besar dalam menerima setiap keadaan? Pertany

Cinta dan Cita-Cita Bagi Perempuan

Gambar
Judul Buku       Gaik Bintang; Asmara di Lautan Garam Penulis             : Faidi Rizal Alief Penerbit            : Zora Book , Yogyakarta Cetakan            : Pertama, Januari 20 15 Tebal                : xx+302 halaman ; ISBN                : 978-602-70522-5-3 P e resensi          : Matroni Muserang * Ada sebuah kata dalam novel ini yang menarik untuk kita telaah, sebelum menelusup ke seluruh tubuh novel ini bahwa “Menikahi makna dengan maskawin imajinasi” (hlm; 147). Gagasan lokal dalam penciptaan novel merupakan angin segar bagi kehidupan sastra Indonesia. Akhir-akhir ini banyak bermunculan tema-tema lokal baik cerpen, puisi apalagi novel. Cerpen pada tahun 1960-an hingga 1970-an begitu kuatnya tema-tema lokal di munculkan. Ini menandakan bahwa sastra Indonesia tidak akan kering dan tidak akan usang diterjang zaman. Pertanyaan kemudian adalah tema lokal yang mana dan cara menarasikan yang seperti apa yang mampu dalam setiap zaman selalu memiliki roh?

Syaf Anton Wr: Menyebrangi “Langit” Zawawi

Gambar
Oleh: Matroni Mus è rang* Di tahun 1973 Syaf Anton Wr membuka cakrawala kepenulisannya di bidang seni dan budaya. Pengembaraannya mulai dari SLTP dan pesantren membuat dirinya harus menulis, lalu mendirikan Bengkel Seni Primadona ; (1984) mendirikan Sanggar Seni Kembara (1985) dengan menjabat ketua; tahun 1985 mendirikan Sanggar Sastra Mayang ; (1997), mendirikan dan Ketua Forum Bias (Forum kajian sastra dan budaya) (1994), mengkoordinir seniman dari semua bidang seni, sekaligus sebagai koordinator Jaringan Seniman Sumenep (JSS) (1999), dan sejak tanggal 14 Oktober 2001, melalui Musyawarah Budaya, dipercaya sebagai Ketua Umum Dewan Kesenian Sumenep . Sebagai ruang gerak untuk menghidupkan kesenian, dan sastra Sumenep. Sekembalinya ke Sumenep (1981) Syaf Anton Wr melakukan gerakan kesenian ke berbagai kantong-kantong kesenian Sumenep, ia harus turun ke kampung-kampung, khususnya wilayah pesantren. “Gerakan ke pesantren” ini dilakukan secara kontinu setiap hari Jum’at (libu