Syair Daun Bayem

segenggang daun bayem yang hijau
tumbuh di samping rel kereta api
kaki-kaki membentang tak peduli
cahaya senja keemasan terpantul dari atas jembatan Lempuyangan dan Janti
yang tumbuh di situ ayat-ayat matahari juga isyarat angin
yang kerap didzikirkan oleh bibir sunyi

sawah membentang, orang modern berlipatan
di antara rel kereta api. Melaju ke depan kadang ke dalam
kadang tungganglanggang. Tersandung batu keseharian
yang memanas. Kadang kering, kadang hijau daun bayem
di hutan daun bayem aku mengembara ke perkampungan jiwa
dikedalaman batu-batu hitam ada nyerih akar kemanusiaan
yang gersang. Rusuk-rusuk daun bayem berjualan di pasar keabadian

hijau daun bayem mengalir ke sungai peradaban
pikiran menyisir di tepian bayang-bayang
kadang kulihat capung terbang daun bayem
ada petani menanam padi. Ada ibu-ibu mengendong
barang dagangan. Di gendong daun-daun bayem tak berpenyakit
dan tak kering kulit-kulit pikiran

aku mengerti ini ayat-ayat yang dibacakan capung
juga pasukan semut yang menaiki batang daun bayem
adalah kesejukan yang beredar di perkampungan
hijau dan menyehatkan kata-kata


Battangan, 2016

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Refleksi Kegelisahan di Bulan Kemerdekaan

Celurit, Simbol Filsafat Madura

Matinya Pertanian di Negara Petani