Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2014

Mencari “Tempat” untuk Puisi

Oleh: Matroni Muserang*  Akhir tahun 2013 kemaren saya bertamu ke Gamping tepatnya di rumah penyair dan cerpenis Indonesia Mahwi Air Tawar beliau berkata dua hal pada saya pertama puisi terkini seperti pohon yang rapuh, seperti layang-layang, seperti makanan siap saji, seperti hotline berita harian. Kedua barangkali puisi sedang berjalan di alam lain menuju gerbang kehancuran, menuju pintu kema t ian. Pernyataan ini benar-benar menghentak saya untuk berfikir cepat, mengapa bisa demikian? Apa yang menyebabkan hal itu terjadi? Bagaimana mencari tempat untuk puisi dan penyair? Apakah ada jaminan bahwa kualitas puisi dan ruang puisi dalam memberikan sumbangsih pemikiran hanya dengan banyaknya buku puisi diterbitkan? Mari kita refleksi bersama demi menjaga keilmuan masa depan sastra? Kalau kita mau belajar dari sastra Arab, Iran, Yunani, Jerman, dan Prancis, kalau di Indonesia kalau kita mau belajar dari angkatan 45, pujangga baru sampai sekarang, pelaku-pelakunya sangat mempe

Budak-Budak Teknologi

Oleh: Matroni Muserang* Saya rindu kamar dan suasana yang tidak ramai dengan suara orang maen PS, suara teriakan orang maen PS, suara tertawa orang maen PS, dari jam 10 pagi sampai jam 3 dini hari, inilah waktu yang berisi suara-suara yang “kurang aku suka”. Karena aktivias saya (kalau tidak kuliah) bangun shalat subuh (jam 4 atau 5), bersih-bersih kamar, menulis, membaca, sampai shalat dhuhur lalu istirahat 1 sampai 2 jam, tapi dengan adanya suara-suara di atas, lelappun aku tidak bisa, begitupun dengan malam, yang seharusnya saya tidur jam 12 sampai jam 4 subuh, lelapkan pun tak nyenyak, itu semua karena di depan pintu kamar kostku teman-teman berbondong-bondong datang untuk maen PS, kadang semingu 3 sampai 4 kali teman-teman sewa PS ( catatan januari 2013 sampai Maret 2014 ). Bukan kemudian saya dijustifikasi tidak suka PS, tidak, aku suka, tapi kesukaan di sini dalam batas-batas yang wajar, apakah wajar sebagai pelajar, mahasiswa yang “katanya” calon intelektual, ilmuwa