Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2013

Refleksi Akhir Tahun Sastra, Anti Liberalisme VS Liberalisme

Oleh: Matroni Muserang* Menyikapi polemik yang terjadi tahun 2009, antara Taufik Ismail yang anti liberalisme vs Hudan Hidayat yang liberalisme, itulah realitas sastra Indonesia selama satu terakhir. Begitulah perjalanan para sastrawan tua yang masih berdebat masalah etika sastra. Tapi ada yang lebih menarik yaitu perkembangan sastrawan muda saat ini dalam melemparkan karya-karyanya untuk publik tanpa mempertimbangkan kuliatas. Ini sangat naïf sekali. Kalau Taufik Ismail dan Hudan masih berkutat untuk menentang masalah ideologi tapi mereka berdua masih mampu untuk menyingkap kuliatas karya mereka sendiri, artinya mereka menulis sebuah karya sastra bukanlah untuk menjelek-jelekkan sastra kita ke depan, tapi mereka berdebat untuk memperkenalkan diri bahwa sastra tua masih eksis sampai saat ini. Kalau pun Taufik menjustifikasi ada gerakan syahwat itu hal biasa, sudah tidak dapat dipungkiri lagi bahwa syahwat Negara Indonesia memang demikian, Indonesia lebih mementingkan syahw

Mungkinkah “Guru Kreatif” Ada

                                                                Oleh: Matroni Muserang* “Guru Kreatif” di gembor-gemborkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh dalam pidatonya di hari Peringatan Hari Guru dan HUT ke-68 Persatuan Guru Republik Indonesia di Jakarta. Pernyataan ini memang baik bagi perkembangan guru dan pendidikan itu sendiri, akan tetapi pernyataan ini masih menyimpan tanda tanya besar, karena belum jelas epistemologinya, mengapa saya katakan demikian, lihat saja siswa dan mahasiswa sekarang. Apa yang mereka lakukan? Apa yang mereka kerjakan di kelas maupun di kampus? Apa keinginan siswa dan mahasiswa di kelas maupun di kampus? “Guru Kreatif” penting memang, tapi apakah para generasi kita sudah siap dan mau? Ketika para guru hanya berpangku pada LKS tanpa ada pembacaan buku lain (disiplin ilmu lain) yang sungguh-sungguh dan kritis? Jadi untuk menumbuhkan “Guru Kreatif” harus dimulai hari ini dan dipersiapkan sejak dini.   Persiapan dalam hal apa?

Wanita yang Kalah

Oleh: Matroni Muserang* Di dunia wanita selalu menjadi perbincangan yang hangat, entah karena wanita memang hangat atau ada faktor lain. Saya tidak tahu, tapi dalam tulisan ini saya ingin mendeskripsikan wanita yang sering kali kalah, wanita yang kalah dengan rayuan dan kata-kata, wanita yang kalah dengan gombalisasi. Karena apa wanita menjadi kalah? Apakah wanita lembut atau karena wanita lebih mementingkan fisik daripada metafisik? Lebih mementingkan materi daripada immateri? Saya tidak tahu, tapi dalam tulisan ini saya ingin mencoba menulis apa yang ada dalam pikiran saya, selama saya membaca tafsir tentang wanita, gender dan wacana femenisme. Jadi tulisan ini hanya refleksi saya ketika gelisah dengan wanita yang seringkali kalah. Ketika saya membaca wanita, pikiran saya langsung tercorong pada dua aspek, wanita sebagai insan al-karomah , dan wanita yang rohman dan rohim . Sebagai insan karomah , wanita diciptakan untuk menjadi pemimpin, pemikir, pendidik, pemersatu