Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2013

Wanita: Sebagai Makhluk dan Sumber Kreativitas

Oleh: Matroni Muserang* Menyebut wanita tentu yang terbayang dalam otak kita adalah sosok yang lembut, halus, penyayang, pemberi, penyantun, sopan, dan sikap lembuat lainnya. Di balik itu semua sebenarnya ada apa? Apakah Tuhan menyiptakan wanita tanpa ada pikiran? Langsung jadi wanita yang kita sekarang ini? Atau ada faktor lain yang membuat wanita harus dilahirkan dan diciptakan Tuhah. Banyak profesi gagal karena wanita. Banyak pemimpin bangsa hancur karena wanita. Dan juga ada banyak pemimpin besar sukses karena wanita. Ada laki-laki sukses karena wanita. Bangsa makmur karena wanita. Lagi-lagi wanita menjadi tanda tanya besar dalam wacana pengetahuan dan agama. Wanita sebagai makhluk sama dengan laki-laki, yang memiliki mata, hidung, bibir, pipi, gigi, tangan, rambut, alat kelamin, perut, dan lain sebagainya, tapi kepunyaan wanita tidak sama dengan laki-laki misalnya pipi wanita dan pipi laki-laki berbeda. Wanita sebagai makhluk inilah yang kadang berbahaya. Ia akan tampil s

9 Kubah: Sebuah Universalitas Nilai

Oleh: Matroni Muserang* Langit adalah lubuk bagi doaku. Aku mengambil bintang-bintang dan menjadikannya bunga dihalaman rumah. Kalau engkau tak suka aku mengajaknya berdikir dan bernafas bersama, yakinlah bukan tempatmu berada di sampingku . (Kubah: 6) Puisi di atas merupakan penggalan dari puisi “ Tuhan Tahu, Aku Mencintaimu Di Dalam Doa dan Cahaya ”, yang terkumpul dalam antologi puisi Evi Idawati ( 9 Kubah: Juni, 2013 ), akan tetapi saya tidak ingin membahas antologi puisi 9 Kubah ini satu persatu, saya akan fokus pada tema sentral dalam antologi puisi yaitu 9 kubah dalam perspektif yang berbeda. Karena dalam pengantarnya Yasraf A Piliang sudah mengulas begitu panjang lebar dengan perspektif filsafat eksistenalis-sufims. Dan saya juga ingin mencoba melihat antologi puisi ini dari perspektif filsafat, tentu juga dengan pisau analisis yang berbeda, agar tercipta keberagaman perpektif, bukankah itu indah? Seperti judul esai ini “ 9 Kubah: Sebuah Universalitas Nilai ” s

28 Sajak Pintu

 Pintu 01 Alif Dia melihat aku masuklah lewat diriku, bisiknya Di antara kepingan pintu yang sunyi aku dibenturkan pada kelelahan hari-hari Di pintu aku ditinggalkan sendiri kau berada di pintu lain yang berbeda atau kita ajak kepingan itu menguras sendang berdiri di pelupuk peradaban Pintu-pintu tertutup dan terbuka sendiri ketika luka-luka mengepung aku berkaki matahari bertongkat rembulan Pintu 02 Ba Dari pintu aku melewati lingkaran sejarah yang kerap masuk di lumuri kegersangan Waktu yang berbaju pintu aku masuki perlahan dan tarikan kata yang tak sempat aku bawa berceceran di jalanan memunguti baju agama Pintu ke dua berjalan di atas gelombang seperti perahu aku tunggangi mengayun pelan sepelan kata berhembus di kupingku di atasnya aku bawa kebijaksanaan dan kolam kehijauan Pintu 03 Ta Dua titik matamu menghisap segala di tepi-tepi hijau dan kert