Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2013

Apa

Di tengah kebisingan kota dan mall serta para manusia yang egois. Aku hidup di tengah kerihuan seperti itu. Sekolah di kota, makan di kota, tidur di kota, melihat wanita-wanita kota dengan berbagai warna dan pernak-pernik pakaian yang beragam dan bentuk-bentuk wanita yang mengudang nafsu. Ada kalanya kita harus minta ampun kepada tuhan. Tapi persoalan tuhan tidak usah kita permasalahkan karena tuhan di atas segalanya. Yang penting sekarang adalah bagaimana menyadarkan diri kita untuk selalu melihat dan membaca alam dan isinya agar kematian jiwa dan kematian pemikiran pelan-pelan hilang, lalu kita menjadi gila yang hanya bisa diperbudak oleh para elitis modern dan para pemikir modern. Sebab akan terjadi perbudakan kepada kita, ketika pikiran dan jiwa kita benar-benar mati. Kita baru menyadari kalau kita sudah risau dengan keadaan dan diri kita yang semakin hari semakin jauh dari diri sendiri dan keluarga. Masa muda memang selalu penuh dengan emosi tak terkendali, tapi akankah keti

belajar membaca puisi di tembi rumah budaya

Gambar

Di Muat Suara Merdeka 21 Juli 2013

Apa Tawaran Sastra Hari Ini Oleh: Matroni Muserang* Kita sudah tahu sumbangan para penyair dan sastrawan Indonesia, dari angkatan pertama sampai angkatan terakhir. Keberhasilan itu tidak serta merta ada dan lahir, akan tetapi ada perjalanan gejolak sejarah yang harus ditempuh dan sejarah pemikiran serta perjalanan kesusastraan di Indonesia.  Dan tentu sejarah  harus berhadap an  dengan budaya, sosial, politik, agama, dan kearifan lokal. Dalam tulisan ini saya hendak bertanya “Apa tawaran sastra hari ini?” Ketika  sastra  dihadapkan dengan  serbuan  modernitas, dan postmodernitas yang mau tidak mau menjadi momok yang harus diselidiki dan direfleksikan,  sehingga sastra tidak lagi menjadi barang “ mainan ”,  maka sastra dalam hal ini harus mengambil peran penting untuk menyadarkan masyarakat. Agar sastra tidak lagi hanya berbicara tentang “cinta”, “airmata” “rembulan” dan “anggur” yang jauh dari kedalaman refleksi-filosofis -kemanusiaan . Ada tesis yang lucu bahwa menulis puisi

Seni yang Terlupakan (WAWASANews.com Pada Friday, July 12, 2013)

Gambar
Diterbitkan oleh WAWASANews.com Pada Friday, July 12, 2013 di Rubrik Esai , Sastra | 0 comments Menelaah Gerakan Seni Zainal Arifin Thoha Oleh Matroni Muserang Ketika politik mengalami patologi, maka seni akan kembali dirindui (Zainal Arifin Thoha, Eksotisme Seni Budaya Islam , 2002) Tulisan ini ingin hendak mengenang penyair, budayawan dan tokoh pesantren yang juga berproses di Yogyakarta. Mengapa? Proses dan Yogyakarta sebagai ladang dalam memperjuangkan kesusastraan dan kesenian bukan hal mudah dan serta-merta eksis dalam dunia kepenulisan. Yogyakarta lagi-lagi bukan tempat yang muda didiami, karena ada tugas yang sungguh “berat” bagi seorang Gus Zainal, panggilan akrab Zainal Arifin Thoha.  Sebagai penyair dan pengasuh Pondok Pesantren Hasyim Asy’arie, ia mandiri dalam menjalani dunia kepenulisan, maka tidak heran dia mengharamkan kepada santri-santrinya untuk minta orang tua. Sebenarnya makna kemandirian yang Gus Zainal pakai dalam s

Ladang

  Di tengah ketakmengertian, aku sendiri mengembara, memaknai pohon-pohon, daun jatuh, warna keemasan, tanah yang hitam, penuh reroncean kering, aku terus mengembara mataku, ke arah angin membawaku. Di sana, aku duduk di atas dedaunan kering, memikirkan diriku yang entah mau kemana. Mengingat wanita, membuat aku semakin berdosa, dan tak beralasan, mengapa wanita selalu menjadi alasan di balik ketakmengertian waktu. Di pengembaraan itu, aku bertemu iblis, bertemu orang-orang yang berbuat dosa, dan senyuman iblis yang bahagia karena bertemu orang-orang berdosa. Aku bahagia bertemu dosa, bertemu iblis, karena kebertemuan itu mengandung makna cahaya, mengandung makna sejati. Aku berdialog dengan dosa dan iblis, tentang hidup dan keberlanjutan, ternyata mereka sangat paham, aku mengerti mengapa mereka selalu menggoda dan mengajak ke dunia mereka. Iblis dan dosa adalah ladang dimana pencarian terus dilanjutkan, dan kata-kata menjadi wahana untuk sampai di puncak penerbangan