Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2012

Panggilan Sia-Sia

Jika korupsi seringkali terjadi maka aku berharap bangsa hancur sampai koruptor berteriak, meminta tolong, aku tidak akan menolong, biarkan koruptor mati berkalang tahi. Biarkan dia, mencari sisa nyawanya sendiri, biarkan cari tempat sendiri, biarkan dia pergi ke luar negeri, mencari ketenangan, aku tetap tak akan menolong koruptor. Aku ingin koruptor menjadi penjual tahi, yang menghabiskan uang pergi ke luar negeri, dan hari-harinya berisi tahi, sambil berteriak meminta membersihkan tahi, aku tetap tidak akan menolong, biarkan saja mereka makan tahinya sendiri. Ia bekerja sewenang-wenang, mengotori rumahnya dengan tahi, menjemur bajunya di bawah tangisan rakyatnya, kehujanan tak ada yang menolong warganya, aku akan menolong warganya, biarkan koruptor mati kehujanan. Aku ingin koruptor menjadi anjing, di pelihara oleh rakyatnya, jika malam harus tidur, di mandiin, bakar jika mau, dibiarkan kelaparan jika mau. Aku ingin koruptor seperti anjing kelaparan. Aku ingin koruptor menjadi tahi,

Mempertanyakan Identitas Penyair

(Tanggapan tulisan Latief Noor Rochmans)  Ada hal penting yang ingin saya tanyakan terhadap Mas Latief Noor Rochmans dalam tulisannya “Demokrasi di ranah puisi” Minggu Pagi No 40 TH 64 Minggu I Januari 2012 yang menjustifikasi ada tiga kriteria puisi yang masuk dalam “Antologi puisi Suluk Mataram, 50 Penyair Membaca Yogya” pertama adalah penyair “Jadi”, kedua penyair baru belajar menulis puisi dan ketiga penyair fesbuk. Dalam tulisannya, Mas Latief belum memberikan ukuran seperti apa penyair “Jadi”, penyair baru belajar menulis puisi dan penyair fesbuk. Apakah penyair “jadi” adalah penyair sekaliber Iman Budhi Sentosa, Mustofa W. Hasyim, Ulfatin Ch, Otto Sukatno CR, Ismet NM Haris atau bagaimana? Atau penyair baru menulis adalah penyair yang hanya pra-menulis puisi? Penyair fesbuk adalah penyair yang selalu mem-fosting puisi di fesbuk? Atau bagaimana? Pertanyaan-pernyataan inilah yang menganggu tidur saya. Karena dari ketiga kriteria tersebut, kalau boleh saya memilih, saya berada