sajak untuk Gunung Merapi


Pagi di Sebuah Gunung  Berapi

Gunung ini teraktif di dunia
Aku menikmati pemandangan indahnya
Tak mau mengganggunya
Biarkan mataku mengalir luas
Dan habis terlihat seorang
Walau tak pernah habis di tatap

Ia adalah sebuah gunung
Menyembunyikan filsafat yang tak kunjung selesai
Menyimpan kabar yang selalu sampai
Tubuhnya besar mengenggam bumi

Tak ada yang tahu sampai kapan
Ia tumbuh dan bertahan kapan
Isi perutnya ia kembali muntahkan kapan-kapan

Jogja 2011





Hikayat Lembaran Merapi

Lembaran hari sebentar lagi akan sempurna,  pohon-pohon di tanam, hijau indah tanpa laksana, hanya langit mengepungnya, pada cela kali berbatu ngilu, rerantingnya tertangkap hujan beku, pohon alpokat menghijau menagih rindu, di rerangtingnya tertulis ribuan anak daun, dari akar gerimis bertaburan

Sebelum tarian daun jatuh, membumi, menguburkan waktu, lembaran daun itu sebentar lagi sempurna, tertutup hijau daun dan kelopak bunga,

Daun-daun itu mengikuti irama angin, jatuh, terbang, ke cakrawala, menjadi awan hujan,

Bangunan mimpi menjadi hijau, terasa penuh dengan masa dinamika

Jogja, 2011

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Refleksi Kegelisahan di Bulan Kemerdekaan

Celurit, Simbol Filsafat Madura

Matinya Pertanian di Negara Petani