Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2010

Eksterioritas

Oleh: Matroni el-Moezany* Kemajuan tekonologi, budaya, dan modernitas tidak selamanya berdampak baik bagi manusia. Ia kadang juga membuat manusia kehilangan kesuciannya, kadang juga membuat manusia kehilangan daya kritisnya. Kadang juga membuat manusia mengalami miskin eksistensial dan miskin kritis. Padahal kritis juga penting untuk menjaga diri kita, agar tidak diperbudak oleh sesuatu yang menjadi aktivitas keseharian. Dunia manusia pasca modern adalah dunia yang dikelola oleh eksterioritas, seperti dunia informasi, dunia imaji, dan dunia sensasi. Manusia pergi keluar rumah menuju perangkap-perangkap eskterior, seperti rekreasi, tempat wisata, dan mall. Tak ada kesibukan selain rekreasi, mencari tempat indah, tapi mereka tak sadar keindahan yang mereka nikmati ada yang menciptakan, akibat dari terlalu banyaknya debu kemiskinan refleksivitas yang kita makan dari modernitas. Realitasnya di hari libur banyak di antara kita rekreasi hanya untuk menghabiskan waktu senggang. Seakan kit

Mempertanyakan Kebudayaan Kita

Oleh: Matroni el-Moezany* Yogyakarta sebagai kota pendidikan, kota budaya, dan kota seni memiliki kompleksitas yang luar biasa bagi kita. Mereka hanya menjadi mahasiswa atau anak didik yang disiplin, patuh pada sistem padahal itu mengungkung dirinya (sami’na waatha’na), sehingga mereka hanya menjadi “kupu-kupu” kampus yaitu “kuliah pulang, kuliah pulang”, sepertinya belum memiliki daya kritis untuk mengkritik sistem yang mereka pakai. Tidak mengherankan jika kemudian kita sebagai pelajar ketika ada “waktu senggang” hanya di isi dengan “main-main” seperti makrab, rekreasi, dan mall. Waktu senggang bagi mereka adalah waktu yang harus di isi dengan berbagai kegiatan main-main dalam keseharian. Tanpa ada upaya untuk mengkritisi waktu senggang, sehingga waktu kita terbuang sia-sia. Sehingga mereka larut dalam keseharian. Terpesona dengan keseharian, dan lupa akan dirinya. Ketika waktu senggang hanya main-main bagi kita, yang banyak malah ingin selalu mengunsumsi, sementara diri kita