Tari India Yang Sarat Spiritualitas

Oleh: Matroni el-Moezany*

Banyak seni Indonesia yang kurang perhatian dari pemerintah seperti tari di Indonesia yang kurang diperhatikan oleh kita sendiri sebagai bagian dari bangsa Indonesia, padahal dengan seni tari kita bisa menikmati dan memaknai bentuk dan lengkungan tari itu sebagai refleksitas kehidupana sehari-hari. Dan saat ini gerakan tari perlu dialog yang universal. Sebagai bukti, setiap orang dapat menikmati tarian yang berasal dari negara mana pun. Tidak hanya terhadap penonton, dialog dalam dunia tari pun bisa dilakukan antara gerakan-gerakan dari daerah yang berbeda. Sebenarnya kita tidak harus berkaca kepada Negara lain untuk menemukan tari yang sarat spiritualitas, banyak tari Indonesia yang mengandung makna filosofis seperti tari Bali, tari Jawa, dan tari-tari yang lainnya. Tapi mengapa kita harus menunggu seni tari dari luar untuk dijadikan referensi?
Kalau kita masih ingat kesadaran sejarah bahwa karya tari klasik kerap dipadukan dari gabungan berbagai tari yang memiliki dasar gerak yang berbeda. Sajian tari yang dilakukan Anand Satchindanadan, sebagai seorang koreografer muda dari India misalnya yang memperlihatkan bagaimana dasar tari klasik dari beberapa wilayah India bisa dipertemukan dalam sebuah gerak ritmis yang menjadi kesatuan tarian. Antara lain, tarian Kathak dari India Utara, Odissi dan Mn Manipuri dari Timur, Mohini Aatam dan Kathakali dari Barat Daya dan Kuchuudi dari Tenggara serta Barathanathiyam dari Selatan. Semuanya memiliki gerak yang berbeda. Dari situlah kemudian kita akan melihat perbedaan tari dengan berbagai makna dan tujuan dari tari tersebut.
Sejak awal pertunjukan, penari yang muncul bersama Roopa Kiran, B. Venkatesh, Kalpana Gopalakrishan, Ramya Rangarajan, Sobal Sathe, Amitha Sampath dan Komang Budhi Yasa memang tidak hanya mempresentasikan karya tetapi juga disertai dengan konsep dan makna filosofis India pada tiap-tiap gerak tari yang memperlihatkan dasar tari klasik India mulai dari spiritualitas penari berupa perjalanan ke dalam dunia.
Barathanathiyam dengan doa kepada Dewa Ganesha atau Dewa Ganapathi. Barathanathiyam sendiri dapat dibagi dalam dua elemen utama, Nritham dan Abbhinayam. Nritham adalah di mana postur dasar dan gerakan penari dapat terlihat, menekankan pentingnya aspek Thala, ritme dan stamina (spirit). Sedangkan Abbhinayam adalah aspek komunikatif dari Barathanathiyam yang diekspresikan melalui badan dan tubuh yang estetik.

Tari dan Spritualitas
Yang paling penting dalam tari adalah bagaimana ketika pada permulaan pembelajaran tarian memiliki unsur penyerahan spirit gerak diri yang dikembalikan pada Sang Pencipta. Keluwesan untuk meloncat lincah memang sangat diperlukan pendalaman, tidak hanya fisik tetapi juga jiwa, dan rasa seperti melompat dan seakan-akan menggapai-gapai sesuatu. Gerak ekspresif ini juga ditemui pada penari perempuan, ketika mereka duduk dan berdiri. Dari sana kita di tuntut harus tahu bagaimana cara meloncat pada tari India. Sebab tanpa hati-hati dalam melihat gerak tari India, kita akan salah memaknai pesan yang terkandung didalamnya. Sebab setiap lekuk, gerak dan lengkungannya penuh dengan makna yang sangat mendalam.
Ada beberapa perbedaan antara tari Bali dan India. Pada kostum, gerak dan tubuh. Mulai dari gerak jari, pose, juga kecepatannya. Kalau tari India, gerakan lebih slow. Untuk dasar tari, satu tahun pada dasar tari secara keseluruhan dan setelah itu dilanjutkan dengan tahapan-tahapan lainnya. Selanjutnya,minimum tiga tahun baru dapat menikmati proses itu. Jadi tidak mudah menjadi penari yang memiliki kualitas makna, apalagi untuk membuktikan bahwa tari itu adalah tari khas Indonesia atau India.
Ketika penari ingin menari dengan tarian India seperti tari Kathak, penari di tuntut harus benar-benar menggunakan perasaan yang kuat dan mendalam. Ritualitas hal ini memang sangat diperlukan dalam tari India. Seperti penggambaran Shiwa, sebagai perlambang kehidupan manusia, yang kakinya bergerak. Juga Ganesha, dewa ilmu pengetahuan, yang duduk, juga memegang bunga lotus (padma) pada salah satu tangannya. Filosofi semacam itu sangat dihormati dan dihargai di dalam batin penari sebelum melangkah pada hal fisik berupa gerakan tari. Sebagaimana yang terjadi pada Dewa Wisnu sebagai pemelihara.
Dengan melihat fungsi dan kenikmatan dalam melihat tari, semua itu merupakan perlambang kekuatan Tuhan. Artinya, manusia harus bersikap menyembah pada penciptanya. Juga filosofi tentang reinkarnasi sebagai proses yang terus berulang (circle of live). Dalam agama Hindu ada yang disebut reinkarnasi. Tidak hanya itu, pada akhir pertunjukan, tari India bahkan dipadu dengan tari Bali, hasilnya sebuah paduan gerak yang berbeda dari dua penari tetapi sama-sama memancarkan ritme dan gerak energik yang kuat pada keduanya. Tari semacam inilah yang perlu kita lestarikan dan dijaga sebagai solidaritas antar negera dan budaya, agar tidak hanya dengan politik kita bekerja sama dengan negera lain, tapi dengan seni tari kita bisa membuktikan bahwa dengan tari, humanisme-solidaritas antar bangsa terjalin dengan damai.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Refleksi Kegelisahan di Bulan Kemerdekaan

Celurit, Simbol Filsafat Madura

Matinya Pertanian di Negara Petani