Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2008

Mungkinkah Ini Indonesia

Sajak-Sajak: Matroni el-Moezany* Mungkinkah ini Indonesia? Jeritan si miskin dari hati Indonesia? Tubuh Indonesia yang mengoyak dirinya sendiri? Do’a dari tangan si miskin Indonesia Manis-kata perangsang rasa? Dan Indonesia yang tertegun, berlari-lari Gemuruh gelombang dan sambutan lonceng Sajak kehormatan, kebahagiaan-palsu -mungkin ini Indonesia- Kau sekarang berdiri di tepi, berhati-hati Karena yang kau dengar adalah Cinat Keimanan Cina tanpa kata Jogja, 2008 Entah entah apa yang harus kutulis sekarang belum melihat matahari, belum melihat bulan dan bintang aku hanya merasakan malam, karena lapar di tepi kerinduan aku butuh makan, aku butuh dirimu, di sisiku, karena perut ini sakit sekali ada satu yang kubutuh, aku butuh makan, makan waktu, makan kata untuk mengisi ruang perut, mengapa sedetil ini kau lukai hati malam? Jogja, 2008 Sebongkah Kesederhanaan terdiam seperti kata dalam jiwa entah kenapa semesta begitu rindang setelah kueja kulihat dari purba nenek moyang masih rapi seper

foto Ibu

Gambar
inilah sosok ibuku yang aku sayangi, beliau adalah ibu yang selalu setia pada ayah. aku sangat sayang ibu, sayaaaaaaaaaaaaang benget

Sosok Ibu Dalam Puisinya D. Zawawi Imron

Oleh: Matroni el-Moezany* Ibu,kalau aku merantau lalu datang musim kemarausumur-sumur kering, daunan pun gugurbersama rerantinghanya mata air, air mata ibu yang tetap lancar mengalir Ibu dalam hal ini menjadi sangat terhormat dan memang patut kita banggakan untuk diperjuangkan. Di hari ini merupakan moment yang sangat penting untuk kita rayakan. Satu hal yang tidak kita lupakan adalah sosok yang sanga mulia. Sebab kita tanpa adanya ibu atau tampa ada ikatan emosional kita akan sia-sia. Jadi tidak heran kalau Zawawi penyair Madura ini mengingatkan kepada kita semua untuk tetap di ingat baik dalam realitas maupun dalam jiwa. Refleksi itu sangat penting bagi ketentraman jiwa. Sebab puisi Ibu yang di tulis oleh Zawawi merupakan hasil refleksi bagaimana sosok ibu tidak hanya sebatas melayani kepuasan laki-laki, artinya Zawawi di sini ingin memperjuangkan hak-hak perempuan sebagai dasar awal pembentukan dasar jiwa kita. Sungguh sosok ibu menjadi di atas laki-laki ketika kita melihat perjuang

tokoh

Gambar
ini adalah penyair sufi, ini adalag guru spiritual aku di pondok, yang selalu mengisi tiap malam jum'at malam

tokoh

Gambar
ini adalah tokoh cerpenis Pak Joni, ia juga sebagai guru saya di pondok, sebelah kanan tampak Pak Kumpul jga sebagai guru

Musim

terlempar pada waktu yang tak terulang Tak semua matahari terlihat cinta meyakinkan bernaung di ketinggian kata pohon-pohon lumpuh mengubah saling sapaan Setiap datang musim engkau berkata Sepatutnya kita berlayar di samudera atau sesuatu untuk kau suguhkan Aku mencarimu luka kasih merasuk pada dirimu dan orang lain 16120708

Janji, Yang Tak Kumengerti

Ketamengertian lahir tembang lain menjadi usang keterlihatan malam kau mimpi bertanya dan menjawab bulir jagung kedinginan melekat di tepi sayap kunang angin lumpu tak bertangan menjelma sayup puisi janji, nyusup pada selimut dan merana bersama tak mau aku kecup kau berkata suka air mata mencintai duka melebihi senyum liarmu janji kubiarkan luka dengan pisau ciuman kurangkum selembar kertas melukis jajaran gedung 14120708

Buat Masa

secarik pisau redup ada tak mengerti senyum dan kematian di jalanan rangkaian perih wajahmu kau tampakkan di antara ketakmengertian hingga kau terlukai sendiri tak pernah meminta layu walau ada semusim kemarau di matamu merampas kegersangan samudera kesendirian sedikit dari banyak orang melukis akan kecantikan dengan batu baja kecuali tak sanggup menanam arti air mata dan kata-kata nanti orang lapar akan kemolekan waktu dan kebeningan pun hanya boleh menyentuh karya sendiri dengan sepenggal puisi jalan satu keabadian 14120708

Mengajakmu

mengajakmu mengaji, sampah antara titik bebatuan di mana terik mengelus matahari di raung ruang berpeluh serumpun kata aku sedang mengurai kebodohanmu majalah kecil kau baca serius ayat dan kata kemiskinan mungkin kejujuranku tapi kaya Cuma maumu berjalan dalam jembatan tersinggah kau bangun di antara kerikil jalanan engkau datang berjilbab keabadian dan berkata: agar engkau tak bisa tidur lelap agar tidurmu makin pulas di bibir ranjang ketulusan 14120708

Olehmu

Karena jambangan ini tubuh gaibmu mengurai sunyi liuk rancak musim mengusap wajah layu di matamu kuberjatuh turun menemui tidurmu mengira rekahan bunga aku dan air matamu terngadah di sayap-sayap senyap di lengking dan raung sabdamu engkau sadar dekapan sayu yang mengendap ke belukar dada memisau batu-batu 131207-08

Amarah Cinta Dalam Seni

Oleh: Matroni el-Moezany* Kita sudah banyak melihat realitas yang diakibatkan oleh cinta, yaitu tangis, pembunuhan, bunuh diri, dan tsress hanya karena cinta seoarang perempuan. Artinya dalam hal ini kita belum bisa atau belum mampu untuk bertindak kritis dalam menyikapi hal tersebut. Di sini seni perlu intervensi dalam menyesaikan problem itu. Sebab hanya seni yang bisa mengatasi itu semua. Saya kira kalau itu dipandang dari kacamata seni, tangis, bunuh diri, pembunuhan dan rasa stress itu tidak akan terjadi. Jadi kalau kita dilahirkan dari rahim seni maka, saya yakin setetes air mata tidak akan jatuh membasahi pipi hanya karena putus dengan perempuan. Saya sebagai pribadi menolak realitas semacam itu, karena kalau kita melihat semesta masih banyak ruang-ruang lain untuk kita singgahi dalam menyikapinya. Sebab rasionalisasinya tidak jelas, masa’ hanya karena putus cinta atau di tolak cinta kita putus asa. Bukannya saya memandang itu semua harus rasional, tapi setidak ada rasa kritis d

cantik, kan?

Gambar
inilah perwakilan partai demokrat yang pada acara tersebut. lumayan canti kan?

suasana acara

Gambar
inilah suasana dimana tampak perwakilan partai yang hadir pada malam itu,

buku

Gambar
inilah ke2 buku yang di luncurkan kemaren di jakarta

aku dan teman-teman

Gambar
aku dan teman2 sedang foto bareng di sebelah utranya monas. aku senang sekali karena di utus ke jakarta untuk mengikuti peluncuran buku aku yang pertama "seabad almanak partai indonesia" dan "seratus tokoh nasional"

roni

Gambar
ternyata Jakarta tak seindah yang aku bayangkan, pada saat aku di utus ke sana, untuk acara peluncuran buku saya, sesampianya di sana, aku berpikir inilah kota jakarta dan itu baru pertama kali aku ada di jakarta. aku puaskan jalan2 ke perpustakaan nasional. monas, dan banyak yang lainnya. di jakarta pusat itu ternyata letak yang sangat tratergis.

Semesta Tak Bertepi

Sajak: Matroni el-Moezany* Semesta Tak Bertepi ini baru langkah awal dalam perjalanan jauh itu, ada karena yang selalu kutunggu meninggalkan waktu dalam diriku semanis aku menunggu adalah semanis kata-kata puisi yang di saat itu bisa mengenyangkan rasa aku pun demikian merasakan manisnya semesta itu merasakan nikmatnya bercumbu hingga rasa seakan tiada untuk ditelah pelan-pelan demikian semesta tak bertepi itu berjalan dalam jiwa Jogja, 2008 Aku Berharap Hari-Hari Bersimbah Rasa selama ini waktu gersang dari rasa puisi gersang dari rasa kata-katanya sudah jauh dari kerinduan cerpen juga gersang dari rasa sejarahnya hilang dalam lihatan entah ini karena waktu sudah tak mengijinkan untuk terus berpuisi, menyejarah aku juga tak mengerti semua ini awalnya itu semua lembut, sejuk penuh bunga, dan lembutan lain, tapi kenapa kelembutan hanya sia-sia seperti indonesia aku hanya bisa bertanya tak sanggup lagi untuk mengeluh pada semesta karena sudah lama ini semua kusimpan rapat-rapat dalam dir

Ketika Berkelindan

Sajak-Sajak: Matroni el-Moezany* Ketika Berkelindan Ketika semesta berkelindan dimana jurang kau simpan? padahal kau tahu irama panjang di sebela matamu mengundang kepergianku seperti kengerian jiwa yang tak kau mengerti adakah kebersuratan kata mengirimkan bahan rasa untuk mengulang sejarah yang hanya ada dalam dirimu batu-batu pun bernyanyi tentang kepergianmu hingga aku menemukan rasa sebagai jalan terakhir dalam hidupku Rumahtanya, Jogja, 2008 Waktu, yang Tak Kumengeri Dari Perempuan terkadang kau tegas menyuruh untuk memakan waktu dan rasa waktu, tapi itu bukanlah sebenarnya, bukan? inilah sebuah kata yang kadang lembut dalam malam terkadang terurai mimpi siang aku tak mengerti simpanan kata apa hingga semesta ini kekurang kata-kata untuk menjawab ketakmengertian itu padahal sudah kusuruh tilas-tilas mencarimu di celah kata yang bisu mencari sesampai rasa dimana kau tempatkan waktu ketika malam kau bercerita pada kesunyian diri tanpa api, tanpa apa-apa hanya waktu itu aku benar-b

Warna Matahari

Sajak-Sajak: Matroni El-Moezany* Warna Matahari seperti aku yang sedang lapar semesta ini juga demikian gersang..........................? seakan sudah selesai dari luka seakan mewarnai segala matahari Yogyakarta, 2008 Sepenggal Perjalanan siapakah yang selalu melangkah pada malam tertatih pilu di tepi keheningan ada banyak kata tergeletak menangis ada tepian mati tak berdaya terpasung pada pisau masa di ruang lain adalah seperti air yang terus mengalir walau tanpa sepi yang melafadzkan kesunyian hingga senja mulai beranjak naik dan matahari mulai bangun dari sadarnya untukmu sepenggal perjalanan aku sampaikan Sumenep, 2008 Aku, Seperti Air Mengalir ada sisa kata yang belum kuucapkan pada segenap ruang tentang puisi gersang sementara aku tetap mengalir seperti air pada setiap kali ada retak hingga tertutup bunga bahasa pada segala yang selalu ada semesta membuka buku harian siap tertabur untuk kita aku bertanya, tentang batasan waktu tentang kesunyian yang sama dalam satu bagi kita jiw

Tak Usai, Selesai

Sajak-Sajak: Matroni El-Moezany* Tak Usai, Selesai kita sudah selesai berkata hari ini berkata untuk apa berkata untuk siapa sebab kita masih menyadap kemarau lembut di hati seusai bahasa yang katanya agung seperti air di atas batu kemarau kulihat basah kulihat terang kulihat senja kulihat malam demikian aku melihatnya di malammalam Sumenep, 2008 Isyarat Kata kaator; Gus Zainal kau lihat semesta semua lembut luka sedih marah lapar perjalanan juga aku kau tersenyum saja karena dalam dirimu ada mata air, air mata ada kesejukan itulah isyarat kata yang belum banyak kita raba, tapi baginya senyum lebih utama daripada berkata tanpa rupa Sumenep, 2008 Bintang Pindah bintang berkelindan bersalipan jalan pindah di atas sana mata pun bergelora memaknainya dengan sederhana malam juga meronai ingatanku bahwa di atas sana aku bersimpah rahasia wajah-wajah sudah menatap rapih persis seperti jajaran harihari di bintang itu aku menyelam berenang pada air yang sulit untuk di sebut air pada

Cuma Darah Bukan Kata

Sajak-Sajak: Matroni el-Moezany* Cuma Darah Bukan Kata cuma darah yang bisa merindukan aku bukanlah kata-kata karena kata-kata bisa menjadi penjara yang ada dalam ruang kosong, tapi darah adalah aku Jogja, 08 Tetap Dalam Air Mata menangis adalah air mata yang bisa mensucikan rahasia jiwa jadi manangislah untuk orang, bangsa walau kau masih anak-anak tapi, kau masih merasakan betapa pedih jiwa bangsa Jogja, 2008 Tuhan Sedang Egois seperti sudah lama tuhan mengurungku dalam lubang hantu sekarang yang kubutuhkan bukan bunyi kata tapi, di balik kata yang berbunyi tak berkesudahan bercerita di ruang semu berkata di semesta waktu tak sepantasnya kau bilang itu bilang untuk kita bila sebatas hanya yang kau berikan padaku Rumahtanya, Oktober, 2008 Bangsa Kita seperti Tuhan sudah berlama-lama kita berada dalam kebohongan berada dalam lubang tikus yang saling merebut makanan hingga aku datang entah dari mana, aku ini entah siapa, aku pergi entah ke mana, aku akan mati entah kapan, aku heran bahw

Seusai SiaSia

Sajak-Sajak: Matroni el-Moezany* Seusai SiaSia seusai sia-sia rasa malam sesiasia kata-kata semerbak bahasa pada semesta sulit kurasa karena belum hadir merajut kembali sajak rasa Yogyakarta, 2008 Bila luka menulis darah oleh kata cahaya luka oleh bulan kau terluka karena rahasia terdiam dalam malam tanpa luka, rasa bahasa tak sengsara tanpa luka kata-kata lahir sebagai semesta Yogyakarta, 2008 Kali Mata syair terbuang sebagai sepi tak mengulangi kepatahan sunyi yang terdampar pada kata kupilih jalan senja sebagai ratap pelamunan terluka tanpa darah sedemikian kepergian itu? tak merana seperti rasa semesta kau siasati dari lamunan jingga mungkin darah dan merah adalah perjalanan satu kata selagi musim darah untuk satu semesta selagi bahagia Yogyakarta, 2008 Kering kering tergenang seperti air kering, kosong sendiri tiada lagi basah diri ke

Angan-Angan Pribadi ke Depan Setelah Menyelesaikan Pendidikan

Angan-Angan Pribadi ke Depan Setelah Menyelesaikan Pendidikan Setiap kita sebagai orang yang berpendidikan, tentunya memiliki angan-angan setelah menyelesaikan studinya. Angan-angan ingin menjadi guru, dosen, sastrawan, penyair, presiden, dan macam-macam. Tentunya angan-angan itu harus di bangun sejak dini, dimana kita mulai mengenyam pendidikan dasar. Di sini pertanyaan kemudian muncul. Bagaimana membangun format pendidikan yang sesuai dengan apa yang menjadi angan-angan pribadi sejak awal. Mayoritas orang berpendidikan saat ini memang harus memiliki angan-angan yang jelas ke depan, sebab tanpa adanya angan-angan yang jelas untuk mencapai angan-angan tersebut, maka makna dan fungsi pendidikan yang kita pelajari sejak awal seakan hampa tanpa makna. Dan saya sebagai pribadi, dan mahasiswa sangat sejutu dengan adanya tema yang di usung oleh beasiswa Djarum ini, sebab dengan begitu kita akan tahu sejauh mana mahasiswa memiliki angan-angan yang jelas di masa depan. Saya sebagai

Kematian Sastra Sufi

Oleh: Matroni el-Moezany* Sengaja saya angkat tema ini, untuk membuktikan bahwa kematian bukanlah tiadanya sesuatu dari materi, melainkan ke-ada-an yang menggali akar-akar holistik dari sastra sufi itu sendiri, bahkan ke-kosong-an pun juga merupakan ke-ada-an yang eksistensial. Artinya, ketika kita membaca tema itu tidak seharusnya menjustifikasi bahwa sastra sufi mati, seperti orang meninggal dunia. Tidak! Tapi kematian merupakan keadaan yang eksistensial. Sebenarnya sastra sufi yang berkembang di Indonesia merupakan proyek Abdul Hadi WM, Danarto, Leon Agusta, dan Sutardji Calzoum Bachri. Ini terlihat ketika mereka sepakat dengan konsep yang menjadikan tema ketuhanan dan sufisme sebagai sumber ilham dalam bersastra. Dari sederet nama penyair Tanah Air era 1970-an, Abdul Hadi WM merupakan salah satu yang layak diperbincangkan. Pria berdarah Madura ini merupakan salah satu stimulus penggerak lahirnya puisi-puisi sufistik yang mewacanakan kedekatan manusia dengan penciptanya.

Makan

Sajak-Sajak: Matroni el-Moezany* Makan :Ibu aku teringat lagi pandang cerah di dapur becek yang membuat aku lahir dari kekanak-kanakan menjadi cakrawala dewasa aku makan apa adanya sayur kelor, ikan krupuk aku sudah merasa lahir untuk kedua kali dalam malam dan ibu tersenyum melihat aku dan makanan yang bertaburan seperti bintang disekelilingku tertabir bambu tertata rapi tertata dari rasa tertata dari pandangan aku teringat itu semua padamu, ibu Jogja, 2008 Sebuah Daftar Isi ucapan waktu takkan pernah kau singgahi meluluhkan cakrawala puing pasir waktu sebongkah pasir di matamu Jogjakarta, 2008 Lupa Aku lupa Pada kelupaan Akan hadirmu Di sana Jogja, 2008 Sewaktu Malam sewaktupun aku tak mau tiadamu aku harap hadirmu selalu menjadi rasa manis dalamdalam hari esok adalah jawaban untuk malam serumpun malam merayakan adamu aku tak m