Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2008

Seperti Halnya Kata

Sajak-sajak: Matroni A el-Moezany* Yin Yang Dua semesta Dua manusia Dua puisi dan dua kata Mengalir seumpama kata Mengisi tepi dan sudut rasa Dalam setiap langkah Hingga ke-dua-an menjadi satu Yogyakarta, 2008 Dalam Kekosongan Dalam kekosongan Kumenyebutmu lembah Pada akar langit Yang menyelam dalam tanah Yogyakarta, 2008 Seperti Halnya Kata Seperti halnya kata puisi adalah matahari kehidupan bagaikan pintu kepuasan dalam kekosongan pada tangga langit Kesadaran tanpa kata adalah cara kita menghayati irama yang paling dalam Kelembutan dalam cinta adalah pertemuan dua jiwa menyatu dalam puisi Yogyakarta, 2008 Bunda Teressa Tuhan memintamu tidak untuk sukses ia memintamu untuk setia Aku hanya pencil kecil di tangannya Yogyakarta, 2008 Ada-mu Ketakterbatasan adalah adamu pada anak yang lapar ini Kebahagiaan yang kau berikan tiada sempurna kau selipkan Aku tidak puas pada harapan, tapi akankah aku menghukummu? senyummu terbayang galau, terasa lembut di mataku Cinta yang tiada waktu begitu j

Kesaksian

Sajak-sajak: Matroni A el-Moezany* Kesaksian Bila mata menjadi saksi Dimanakah kau selipkan kata-kata Bila kata-kata menjadi saksi Dimanakah kau selipkan rasa Bila rasa menjadi saksi Dimanakah kau selipkan tingkah Yogyakarta, 2008 Kosong Inilah semesta yang kubawa dari desa ke kota di sana aku menyimpan rasa, rintik dan hujan sebentuk waktu dari malam yang kosong bukalah, semesta bukalah…… Wahai atas yang bernanah, izinkan mata agar luka tak membuat risau Nanah gersang biarlah gersang lihatlah cinta jadi sunyi dan rindu benar mati seiring rempah-rempah Disini, wajah desa laksana wanita gelisah ayat-ayat sampah, berlalu-lalang ah, masih adakah jembatan antara mimpi ke plaza Waktu pergi seperti terlepas dari hadapanku sementara langkahku hilang di jalan Mungkin aku sudah menjadi hantu diantara gedung-gedung di tepi jalan di puisi laparku, sepasang kata tumbuh setinggi puisi, setingggi cintaku, padamu…. Yogyakarta, 2008 Di balik jauh yang terlalu Di balik jauh yang terlalu kuhirup masa pa

Sang Tokoh Sastra

Gambar

Bunyi

Sajak-sajak: Matroni A el-Moezany* Mereka Berkata tanpa siapa Berpuisi dengan apa Yogyakarta, 2008 Ngeri Itu Apa pun Tiada di tepi sana Yogyakarta, 2008 Bunyi Rumpun di lidah Sebuah tanya diladang sunyi Yogyakarta, 2008 Kata Terurai yang ada Tiada yang terurai Yogyakarta, 2008 Kata, Kata Kubagi semua Pada danau yang bisu Yogyakarta, 2008 Terlihat Kudiam rapat terlihat Kulihat hilang lewat waktu Yogyakarta, 2008 Jiwa Pertalian jalan ini Hanya ada pada ada Yogyakarta, 2008 Sinar, Bercahaya Kau bunuh diamnya gelap Biar tidurmu lelap Biar kematian lewat Dekap nyawa lalap Aku datang Sebagai ayahnya lelap Yogyakarta, 2008

Gejolak Waktu yang Rapuh

Oleh: Matroni A el-Moezany* Malam yang kutunggu hanya sebuah ilusi yang tak akan pernah ada dalam keadaan ini. Walau pun sesuatu tidak akan ada dari ketiadaan. Mungkinkah yang tidak itu ada? Ini hanya sebuah teori yang tidak bisa sampai pada titik puncak yang akan di capai oleh para menghasil teori maupuan para filosof. Dalam dunia kita akan menemukan sesuatu yang lebih berharga daripada menjadi orang yang hanya berwaktu dalam diri (sok-sok-an). Tapi mungkinkah sok2an itu menjadi waktu yang setia dalam jiwa dan perjalanan rohanimu?. Inilah yang pantas menjadi Tanya dan Tanya dalam jiwa. Sehingga langkah awal untuk mencapai itu semua tiada lain hanyalah perjalanan, baik perjalanan dalam diri maupun perjalanan dalam pikiran, dan perjalanan dalam kesunyian. Dalam kesunyian ini, kita tidak akan menemukan sesuatu yang menyakitkan, karena dalan sunyi yang ada hanyalah kesendirian dari kita. Seketika itu sebuah kata itu akan lahir sebagai tanda percakapan yang senantiasa menggugah rasa di jiw
Sajak-sajak: Matroni A el-Moezany* Kesejukan, Itukah Aku Dari kata yang memukau dan menyuburkan tanah kutanami bungabunga anggun lalu kau menangis lagi gelisah di tengah sawah juga sepanjang sejarah huruf harapan tiada waktu tanpa biji kecuali liur tanpa pupuk kecuali risau Aku tahu, kau tak mengerti tiada waktu, mewaktu kala sinar yang kita buahi tak ada semesta kecuali satu, kesejukan dimana rumahmu berpeta kita segera tahu tiada guna tanah yang tak bercacing dan kering kau boleh menangis begitu pun kau memperbolehkan kumenangis lalu kau bilang buta dalam jiwa, untukku tiada lagi tepi, yang kau beri padaku cacing adalah kesejukan kesejukan adalah cacingku ibu risau dengan segala risaumu Semesta ini lembut taburan airmata pada tanah dan kuburan miring tempat kita berkalang dalam ulat Yogyakarta, 2008 Inginkah? Kalau kuingin mengatakan ingin Tapi, kau tidak tahu Apa arti sebuah bunga atau yang lain Yogyakarta, 2008 Di Tubuh Senja Senja yang berdiam Celurit di sebuah ketika adalah uratk

Singgasana

Sajak-sajak: Matroni A el-Moezany* Jurang zaman telah jatuh pada waktu terkulai dikerajaan singa zaman itu sebuah ruang terisi warna dan waktu melekat pada singgasana Kiranya malam tak ada di sana pada sinar jiwa yang gelap mungkinkah surau akan jadi hari? tanya itu sebuah mimpi menjadi bunga dikedalaman mata Waktu terus berlaju seperti kapal berlayar bersama samudera bayu hilir kian larut di sumbu cinta munginkah dikedalaman itu kau sadar sebuah kata yang belum selesai terakit menjadi puisi? Akhirnya kau sadar Tenyata kau adalah "Aku" Yogyakarta 2008 13+28=4 Di ruang ragam ini dunia menjadi semesta ketakterbatasan pada lembar kanvas putih tergenang seperti tinta tertanam seperti bunga kadang menjadi cinta kadang menjadi hampa dan akhirnya menjadi rasa Yogyakarta 2008 Matahari Aku Mau Pergi Matahari aku mau pergi aku ingin sinarmu menjadi baju baru tapi tak punyak uang, ibuku masih jauh di sana sedang ayah hanya bisa kubayangkan bolehkah, matahari, kutitipkan baju ini sehari?

Susahku Pernah

Sajak-Sajak: Matroni A el-Moezany* lebih sakit daripada satu kali pada sampah dan teriakan dalam botol hatimu yang pecah kini air dan lahar tumpah mengenangi semesta hingga kota tak bersawah cinta tiada rindu dan kini suram beradu mata lalu riak tak lagi ada tapi wajahku darah saat dagu bibirmu menengada mulutmu uang, racun ditelan membanjiri semesta konon kota salebritis Di sini, kota, sekali terlontar segala sampah tak jadi apa terjadi sumpah terjadi sarang Lalu sekejap, terdiam saat menyusun waktu tanpa akal, kau pergi, pada hati purna tanpa kata, tanpa jejak, tak kuasa tertinggal aku tersisa satu Kosong. Paris, Desember duasembilan 2007 Semesta Satu, Menangis Satu, Menjadi Aku Ketika aku menuju bulan pertama langit menjerit dan muntah hitam dan kau menjanjikan untuk singgah Bis datang terisi beribu dendam pada bangsa yang diam langit suram, tiada lagi gadis merayu kudengarkan satu puisi, untukmu untuk seluruh hidupmu ada air mengalir, darah yang anyir akhirnya air…air… air…yang mel

Jembatan Bambu

Sajak-sajak: Matroni A el-Moezany* kedatangan di atur air dibawa jadi mundur menjulur Dari bawa beralun sendu bayi dan lelaki tahunan Kini tinggal sampah dan kuburan tersisa sampai tiada lagi tarian air tak mengalir kali mengendap pergi tak satu mengerti hanya satu bukan waktu bukan jembatan bambu ………………….? Yogyakarta, 2008 Dalam Puisi Malam Malam kutemukan rasa pada detak retak waktu disibakan kata-kata Malam dihidangkan pada nyamuk ciumi darah di ruang kelana di musim yang tak kukenal dan semesta orangorang Pada malam jiwa kutemukan biji waktu yang tak bergerak hingga beku menjadi batu yang tanpa lagu dan lugu tanpa puisi dan dasi yang ada sepi tak berwaktu Yogyakarta, 2008 Kertas Malam Sesekali waktu berlembar disamping kanankiri tertuliskan nada kejauhan yang tak kudengar Kedalaman telinga terasuki hembusan angin yang tak mampu berdiri dalam kesendirin kertas malam Seakan kegelapan memanjang didepanku hingga tiada arah yang berhaluan mencari waktu yang tak terdapat di dalam kata S

Bunga Sunyi

Sajak-sajak: Matroni A el-Moezany* Lihatlah burung hinggap di ujung langit di hidung-hidung berasap dan mulut menganga bersandal kata-kata bermata kotakota Rasakan bungabunga sunyi di kursi bergoyang terbang tv, felm bergincu di butirbutir keringat yang tak tersapu Kejarlah kucingkucing hitam di depanmu matanya tajam ditikam tak mati burung tak jadi pergi langitku tidur bumiku menana bunga hanya kau tinggal pada sekampung kematian menyisakan asap tanpa api Yogyakarta, 2008 Ladang Sebuah Kata Katakata bukit mengkerikil gunung mengigil jari kaki menari jiwajiwa mencari batubatu memisau tenggelam dalam rumah kau berkata dia berpuisi di balik suara katakata yang tiada dan sirna lupa Yogyakarta, 2008 Catatan Perjalanan Dari Tepi Mimpi Belum lagi angin datang membuang lapar seisi semesta layu cakrawala menjadi jurang impian hanya puncak dari segala gunung perahu sembunyi di balik bunyi yang tertinggal gaung melengkung berdesah menjadi rintih pada burung yang menghapus udara sayapnya tak bers

Kesejukan, Itukah Aku

Sajak-sajak : Matroni A el-Moezany* Dari kata yang memukau dan menyuburkan tanah kutanami bunga yang anggun lalu kau menangis lagi gelisah di tengah sawah juga sepanjang sejarah huruf harapan tiada waktu tanpa biji kecuali liur tanpa pupuk kecuali risau Aku tahu, kau tak mengerti tiada waktu, mewaktu kala sinar yang kita buahi tak ada semesta kecuali satu, kesejukan dimana rumahmu berpeta kita segera tahu tiada guna tanah yang tak bercacing dan kering kau boleh menangis begitu pun kau memperbolehkan aku menangis lalu kau buta bilang dalam jiwa, untukku tiada lagi tepi, yang kau beri padaku cacing adalah kesejukan kesejukan adalah cacingku ibu risau dengan segala risaumu Semesta ini lembut saburan airmata pada tanah dan kuburan miring tempat kita berkalang dalam ulat Yogyakarta, 2008 Inginkah? Kalau kuingin mengatakan ingin Tapi, kau tidak tahu Apa arti sebuah bunga atau yang lain Yogyakarta, 2008 Di Tubuh Senja Senja yang berdiam Celurit di sebuah ketika adalah uratku Yogyakarta, 2008