Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2007

Baris-baris Tanya

Sajak-sajak: Matroni el-Moezany* Ruang Sunyi aku sudah tertanya "mengapa rumah ini sunyi" kerumunan gelap kulihat perawan kunang berkata "aku sedang mencarimu" memicu langkah dandanan wajahmu Aku terasa tetap hampa tanpa sinar walau secercah bayang mengelupas kata Matahari aku rindu pada kelopak bunga layu di tangan lembut kesunyianmu Aroma yang kau kasih membuat gelap jadi samar dalam langkah jari-jari kaki Kebisingan terkuak di ruang waktu terkulai sengkarut lugu Di tengah rumpun cerah aku merayu tuhan tak terimah seongkuk kata karena nyawa singgah di ronggongan Aku hanya geleng-geleng di atas tumpukan masa terjuntai di balik sukma kealpaan Memang susah adakah "susah" yang tak selesai kata kemalangan di masa silam kembali lahir menampakkan lidahnya untuk berkata "aku sedang mencarimu" Yogyakarta, 2007 Baris-baris Tanya baris-baris ini telah terkumpul suatu pandang satu dalam diri Di atas madura dan di bawah madura betapa rindu, betapa hati luas

rangkaian makna, termakna

Sajak-sajak: Matrony el-Moezany* rangkaian makna, termakna adaku melengkung pada tiap bunga yang meratap di rangkai pagi, bermakna Sejauh cucur mengalir bagai embun di gilir bagai rahmat di jiwa dengan santun kicau di dahan serumpun temaran matahari kau semai desir, buat asik angin agar kais kau selesaikan Terik siang peluh terukir kaki berdebu pada kian batas waktu lalu yogyakarta, 07 mahkota, tertinggal rambut alam di tanah tegal tertumpah ruah membasahi mahkota yang tertinggal Kusapu sampah bayu pada masa kelabu pada angan-angan layu agar terjemput pelangi bisu Rangkaian hidup pada pahit pada tangan-tangan surya tersemai pelu para bara Ladang yang aku tempati yang aku maknai yang aku sirami yang aku bungkusi terimah kasih pada tuhan dalam nuansa kebisingan yogyakarta, 2007 terbakar malam terlantunkan semerbak kesejukan untuk melayari kapal-kapal di sana, yang kecil-kecil yogyakarta, 2007 kutungu suaramu, malam kutuhitung sehelai tangis di mawar terbajui iris dari kupu-kupu berkepak

Ruang Sunyi

Sajak-sajak: Matroni el-Moezany* Ruang Sunyi Padahal aku sudah tanya "mengapa rumah ini sunyi" kerumunan gelap kulihat perawan kunang-kunang berkata "aku sedang mencarimu" Benang memicu sejarah berdandan menghias elok wajahmu Aku terasa tetap hampa tanpa sinar walau secercaha bayang mengelupas kata sunyi Matahari aku rindu pada kelopak bunga layu di tangan lembut kesunyian itu Aroma yang kau kasih membuat gelap jadi samar dalam langkah jari kaki Kebisingan terkuak di ruang waktu terkulai sengkarut lugu Di tengah rumpun cerah aku merayu tuhan tak terimah seongkuk kata karena nyawa singgah di ronggongan Aku hanya geleng-geleng di atas tumpukan masa terjuntai di balik sukma kealpaan Sudah memang susah adakah "susah" yang tak selesai oleh kata kemalangan di masa silam kembali lahir menampakkan lidahnya untuk berkata "aku sedang mencarimu" Yogyakarta, 2007

Wasiat Sang Guru

Wasiat Sang Guru Oleh: Matroni el-Moezany* Aku mencari matahari? Kata sang guru padaku, aku akan menemukannya di tempat-tempat yang kumuh, di atas para pengemis yang menengadah, di dalam malam yang berirama dan alunan gitar para pengamen yang meminta-minta, atau di atas pijakan tongkat tunanetra, lalu apakah sumber-sumber pengetahuan untuk tahu matahari itu? kau akan menemukannya dalam perut malam yang meneriakkan kelaparan dalam perkumpulan orang-orang yang hidup dalam kesusahan, dan dalam pelacuran para elitis, dalam pertengkaran para perebut kursi kekuasaan, dalam hotel-hotel, atau di rumah-rumah, juga terpetak-petak dan kemiskinan itu. Aku mencari semua itu, Siapa yang menulis semua kata-kata dan kalimat-kalimat itu? Aku menemukan begitu saja dalam arungan perkelanaan ini, ketika aku menuju jalan kembali, rumah atau apa saja atau yang lain, pena yang menuliskan itu tampaknya masih basah, lembab, sejuk dan baru, belum tersentuh oleh debu-debu yang melintang di angkasa, sepasang kak

Pulau Bahagia Berbunga

Luka Siang, Terluka bila cinta meluka, jendela di mata, pada tepi dan tangan, wajah tersorak, burung ranting kering, mengisi luka, hitungan air mata, dari gelap langit, bintang termain mata, terenggut sengkarut daun mekulai, Ia, tak menegurmu, pada waktu terampas masa, dalam bising angin membisu, roncek kering, nampak kerontang, menata retak batang-batang, Di bibir mataku, berduka, hitung rumpun warna, sedikit tertepi sebuah rektor dengan bunga dan parkir kecil mengisakku seorang perempuan, melukai, sebelum sempat terobati, Kutunggu angin, menderu di puncak cadas pinus, terkirim pelita ringkik untukmu, cinta atau tercinta merintih, masih memanggil darah, seorang tercinta, dikejauhan kepulangan, Menunggu, pergantian waktu bisu, mengenangkan patung, tak terganti bersemayamnya, Mata ke atas, terbuka kenang, memusiumkan dan cinta terkata mati, cahaya waktu bersama para rasa, menjelma sinar, kelukaan, terbaring lagi di pelupuk asal, lantaran ingatan desember bergembira, Luka dan matahari, s

Kau Penyair Kau Harus Gila

Sajak-sajak: Matroni el-Moezany* Temukanlah Oleh Dirimu -----karena aku kasihan------ Ketika jambangan ini terisi aku tahu lembab dirimu tubuh gaibmu mengurai sunyi liuk rancak-rancak musim datang mengusap wajah-wajah layu Aku jatuh di matamu kenangan, turun menemui aura tidurmu di bukit-bukit setiap aku mengira rekahan bunga engkau disini demi makna dan arti Karena aku kasihan air matamu kutengadahi pada sayap-sayap senyap di lengking dan raung sabdamu engkau sadar dalam dekapan sayu yang mengendap ke belukar dada memisau batu-batu Jogjakarta 2007 Sebelum Engkau Pergi -----buat kekasihku----- Aku mengajakmu ke rumah sampah yang mengaji di antara titik bebatuan di mana terik mengelus-ngelus tubuh di raung ruang berpeluh Ada serumpun kata mesra sebelum engkau pergi aku sedang mengurai kebodohanmu majalah kecil kau baca serius ayat dan kata rahasia kemiskinan mungkin kejujuranku tapi kaya Cuma maumu Aku berjalan dalam jembatan ke ruang singgah yang kau bangun di antara kerikil jalanan sa